Senin, 25 November 2013

TEATER: HIBURAN MASYARAKAT YANG KAYA AKAN NILAI-NILAI




         
        Teater pada zaman sekarang ini sudah menyebar kemana-mana, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di Indonesia sendiri, teater sudah berkembang sejak lama. Hal tersebut dapat kita lihat dari teater-teater tradisional Indonesia yang telah berkembang secara turun-temurun di kalangan masyarakat, fungsinya pun sekarang sudah beragam. Jika dulu orang berteater untuk kepentingan upacara kegamaan, maka pada zaman sekarang ini teater lebih cenderung mengarah kepada media hiburan dan media pendidikan.
          Menggarap sebuah teater di perlukan suatu kreatifitas dari pelakunya, supaya karya-karya yang dipentaskan dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat. Sebuah karya teater harus dapat menghibur semua penikmat yang hadir untuk menyaksikannya, oleh karena itu sebuah karya teater harus berisi hal-hal seperti berikut, yaitu:
·        Punya nilai estetika, membuktikan kalau dengan berteater kita dapat memupuk nilai-nilai keindahan yang ada pada diri manusia, hal ini tidak hanya berlaku pada seni teater saja, akan tetapi semua karya seni juga harus memiliki hal yang satu ini
·        Punya nilai etika, artinya kalau sebuah karya seni khususnya teater harus dapat mendidik moral, baik dari penggarapnya maupun orang menikmatinya/masyarakat.
·        Edukatif, artinya sebuah pementasan teater harus mampu menuntun masyarakat kearah yang lebih maju dari sebelumnya, baik dari segi jasmani, rohani, maupun kemajuan intelektual dari seorang manusia.
·        Konsultatif, sebuah karya seni khususnya teater harus bisa memberikan penerangan mengenai persoalan atau masalah-masalah yang sedang terjadi dan tumbuh dalam masyarakat tersebut.
·        Kreatif, sebuah karya teater harus menampilkan yang baru dan punya nilai hiburan yang tinggi
·        Rekreatif, artinya bahwa karya teater tersebut harus dapat memberikan hiburan yang sehat bagi penikmatnya.

Di dalam sebuah teater banyak mengandung pesan-pesan moral atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seperti : nilai didik ( di dalam teater banyak sekali pesan-pesan mendidik yang di sampaikan oleh cerita baik melalui perantara aktor maupun dalam settingan panggung), nilai sejarah ( dengan menonton teater kita dapat menangkap dan melihat sejarah dari satu kejadian, baik itu terjadi pada masa lampau maupun yang terjadi baru-baru ini), nilai budaya (dengan menonton teater kita bisa melihat dan mempelajari budaya-budaya dari cerita yang dipentaskan, nilai religius ( ada sebagian teater yang mengangkat naskha yang bertemakan agama dan dengan demikian kita dapat mengambil pesan-pesan agama yang ada dalam cerita tersebut.
Seni teater terlahir dari apa yang hidup dan tumbuh di sekitar dan sekeliling kehidupan senimannya: bumi yang dipijaknya, masyarakat di sekitarnya, bangsa dan negaranya, kehidupan sosial politis yang melingkunginya, sejarahnya, semangat, serta cita-cita zamannya. Di dalamnya ia hidup dan menghirup kehidupan. Ia adalah anak kandung daerah kehidupannya. Setiap hal yang disuarakan dalam suatu karya seni teater adalah apa yang tumbuh bergejolak dalam lingkungan masyarakatnya melalui pemikiran dan kerja senimannya. Jadi, seniman adalah corong dari masyarakat dan zamannya.
Memang benar bahwa seniman harus memiliki kebebasan sebagai manusia. Akan tetapi Kebebasan yang murni dalam seni akan melahirkan ’seni untuk seni’; seniman hanya akan asyik dengan dirinya sendiri dan terlepas dari masyarakat yang menjadi almamaternya. Kebebasan dalam seni sesungguhnya menuntut adanya sebentuk tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat dan zamannya, karena manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan.
     Nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangkan oleh seniman adalah demi kemanusiaan itu sendiri, demi keluhuran kemanusiaan, dan tidak akan pernah ada seniman yang menghendaki kehancuran terhadap martabat kemanusiaan. Sebagai karya seni, teater pun memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta pemasalahan manusia. Aspek-aspek kejiwaan, masalah sosial, keagamaan, metafisika, politik, dan hak-hak azasi manusia merupakan daerah pembicaraan drama. Dan aspek-aspek inilah yang sesungguhnya menjadi visi dan esensi drama. Dalam menangkap visi (pesan atau amanat) yang terdapat dalam drama ini, pembaca atau penonton drama dituntut memiliki wawasan yang memadai di bidang-bidang ilmu lain yang berkaitan dengan tujuan senimannya.
Permasalahan yang diangkat dalam kehidupan dan pertunjukan teater sangatlah beragam. Banyak masalah dan tema yang dikemukakan oleh sutradara serta penulis lakon yang diwujudkan melalui teater. Persoalan perjuangan manusia, masalah sosial dan kemanusiaan, masalah cinta dan percintaan, masalah kejiwaan dan penyimpangan kejiwaan, masalah dakwah keagamaan, hingga ke masalah-masalah metafisik dan filsafat. Jika kita sadar, maka pemasalahan-permasalahan seperti itulah yang sesungguhnya menjadi ruh atau esensi sebuah pertunjukan teater.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pementasan sebuah teater bukan hanya untuk menjadi hiburan semata bagi penontonnya, akan tetapi di dalam cerita yang di bawakannya terdapat banyak nilai-nilai yang bisa membangun mental dan martabat masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar