Menggarap sebuah teater di perlukan suatu kreatifitas dari pelakunya,
supaya karya-karya yang dipentaskan dapat dinikmati dan diterima oleh
masyarakat. Sebuah karya teater harus dapat menghibur semua penikmat yang hadir
untuk menyaksikannya, oleh karena itu sebuah karya teater harus berisi hal-hal
seperti berikut, yaitu:
·
Punya nilai estetika, membuktikan kalau
dengan berteater kita dapat memupuk nilai-nilai keindahan yang ada pada diri
manusia, hal ini tidak hanya berlaku pada seni teater saja, akan tetapi semua
karya seni juga harus memiliki hal yang satu ini
·
Punya nilai etika, artinya kalau sebuah
karya seni khususnya teater harus dapat mendidik moral, baik dari penggarapnya
maupun orang menikmatinya/masyarakat.
·
Edukatif, artinya sebuah pementasan teater
harus mampu menuntun masyarakat kearah yang lebih maju dari sebelumnya, baik
dari segi jasmani, rohani, maupun kemajuan intelektual dari seorang manusia.
·
Konsultatif, sebuah karya seni khususnya
teater harus bisa memberikan penerangan mengenai persoalan atau masalah-masalah
yang sedang terjadi dan tumbuh dalam masyarakat tersebut.
·
Kreatif, sebuah karya teater harus
menampilkan yang baru dan punya nilai hiburan yang tinggi
·
Rekreatif, artinya bahwa karya teater
tersebut harus dapat memberikan hiburan yang sehat bagi penikmatnya.
Di
dalam sebuah teater banyak mengandung pesan-pesan moral atau nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya seperti : nilai didik ( di dalam teater banyak sekali
pesan-pesan mendidik yang di sampaikan oleh cerita baik melalui perantara aktor
maupun dalam settingan panggung), nilai sejarah ( dengan menonton teater kita
dapat menangkap dan melihat sejarah dari satu kejadian, baik itu terjadi pada
masa lampau maupun yang terjadi baru-baru ini), nilai budaya (dengan menonton
teater kita bisa melihat dan mempelajari budaya-budaya dari cerita yang
dipentaskan, nilai religius ( ada sebagian teater yang mengangkat naskha yang
bertemakan agama dan dengan demikian kita dapat mengambil pesan-pesan agama
yang ada dalam cerita tersebut.
Seni
teater terlahir dari apa yang hidup dan tumbuh di sekitar dan sekeliling
kehidupan senimannya: bumi yang dipijaknya, masyarakat di sekitarnya, bangsa
dan negaranya, kehidupan sosial politis yang melingkunginya, sejarahnya,
semangat, serta cita-cita zamannya. Di dalamnya ia hidup dan menghirup
kehidupan. Ia adalah anak kandung daerah kehidupannya. Setiap hal yang
disuarakan dalam suatu karya seni teater adalah apa yang tumbuh bergejolak
dalam lingkungan masyarakatnya melalui pemikiran dan kerja senimannya. Jadi,
seniman adalah corong dari masyarakat dan zamannya.
Memang
benar bahwa seniman harus memiliki kebebasan sebagai manusia. Akan tetapi Kebebasan
yang murni dalam seni akan melahirkan ’seni untuk seni’; seniman hanya akan
asyik dengan dirinya sendiri dan terlepas dari masyarakat yang menjadi
almamaternya. Kebebasan dalam seni sesungguhnya menuntut adanya sebentuk
tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
masyarakat dan zamannya, karena manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan
kepada kebenaran dan kebaikan.
Nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangkan oleh seniman adalah
demi kemanusiaan itu sendiri, demi keluhuran kemanusiaan, dan tidak akan pernah
ada seniman yang menghendaki kehancuran terhadap martabat kemanusiaan. Sebagai
karya seni, teater pun memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta pemasalahan
manusia. Aspek-aspek kejiwaan, masalah sosial, keagamaan, metafisika, politik,
dan hak-hak azasi manusia merupakan daerah pembicaraan drama. Dan aspek-aspek
inilah yang sesungguhnya menjadi visi dan esensi drama. Dalam menangkap visi
(pesan atau amanat) yang terdapat dalam drama ini, pembaca atau penonton drama
dituntut memiliki wawasan yang memadai di bidang-bidang ilmu lain yang
berkaitan dengan tujuan senimannya.
Permasalahan
yang diangkat dalam kehidupan dan pertunjukan teater sangatlah beragam. Banyak
masalah dan tema yang dikemukakan oleh sutradara serta penulis lakon yang
diwujudkan melalui teater. Persoalan perjuangan manusia, masalah sosial dan
kemanusiaan, masalah cinta dan percintaan, masalah kejiwaan dan penyimpangan
kejiwaan, masalah dakwah keagamaan, hingga ke masalah-masalah metafisik dan
filsafat. Jika kita sadar, maka pemasalahan-permasalahan seperti itulah yang
sesungguhnya menjadi ruh atau esensi sebuah pertunjukan teater.
Dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa pementasan sebuah teater bukan hanya untuk
menjadi hiburan semata bagi penontonnya, akan tetapi di dalam cerita yang di
bawakannya terdapat banyak nilai-nilai yang bisa membangun mental dan martabat
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar