Senin, 25 November 2013

MEMAHAMI AKTOR LEBIH JELAS





Teater merupakan sebuah seni yang berupa paparan cerita yang dimainkan oleh para aktor di atas pentas. Penyampaian cerita dilakukan dengan beradegan atau berakting dengan menggunakan media suara ( dialog) dan media tubuh ( gesture). Untuk menjadi seorang aktor tentulah di butuhkan sebuah bakat atau keterampilan dalam melakukannya. Akan tetapi seseorang yang tidak memiliki bakat juga bisa menjadi seorang aktor, yakni dengan cara berlatih dengan serius dan mengembangkan kualitas yang ia miliki dan mengasah kemampuannya tersebut. Aktor adalah sesuatu yang sangat menunjang dari suatu pertunjukan, aktor merupakan "mesin" penggerak dari sebuah pementasan, sebuah garapan akan terasa baik dan memuaskan jika yang memainkannya mempunyai akting yang bagus.
          Aktor sebagai seniman penampil cerita dalam sebuah karya/garapan harus bisa meyakinkan penonton terhadap apa yang disampaikannya sehingga pesan yang disampaikan oleh sutradara dapat sampai kepada penonton dan dapat dengan mudah di mengerti, hal itu dapat diwujudkan dengan penghayatan dan keseriusan peran yang ditampilkan oleh aktornya akan tetapi seringkali aktor tidak bisa menyampaikan pesan yang tersirat dalam naskah lakon karena peran yang dimainkan hanya sebatas “menjalankan peran” tidak dengan penghayatan dan keseriusan dan tingkat kualitas akting yang diperlihatkan kurang bisa “menghanyutkan penonton dalam suasana naskah lakon”. Hal itu bisa disebabkan karena aktor kurang serius dalam latihan dan tidak mengasah bakat yang ada dalam dirinya . Dalam sebuah teater bakat memang di perlukan, tapi penguasaan tekhnik bermain bisa menutupi kekurangan dalam hal bakat , artinya meskipun seorang aktor kurang memiliki bakat tetap dapat bermain teater dengan cara berlatih secara terus menerus dengan penghayatan dan menguasai tekhnik bermain.
          Seorang aktor yang mempunyai akting yang sangat bagus akan melahirkan suatu pertunjukan yang enak dan bisa dinikmati oleh semua orang, hal itu di karenakan akting yang bagus dapat membuat alur cerita yang tampak seperti kenyataan dan tidak dibuat-buat. Meskipun arti akting sendiri adalah berpura-pura akan tetapi aktor yang memainkan suatu cerita dilarang untuk berpura-pura akan tetapi harus masuk ke dalam karakter suatu tokoh yang ada dalam cerita. Contohnya seorang yang mendapat peran jadi orang gila maka dia harus berakting seperti orang gila sungguhan, bukan sekedar meniru orang gila semata. Sebuah pertunjukan dapat dibilang bagus apabila pertunjukan tersebut dapat meyakinkan penonton. Oleh sebab itu diperlukan akting yang total dari aktornya, kualitas akting yang benar-benar baik dapat diperoleh dari bakat yang memang sudah ada sejak lahir dan juga bisa didapatkan dari pencarian dan latihan keras untuk mengasah kemampuan yang dimiliki.                 Ada dua unsur penting untuk menghadirkan suatu peran di atas pentas. Pertama, peran yang yang di masukkan ke dalam diri dan unsur ini tidak tampak sebab berada di dalam diri seorang aktor. Kedua, adalah unsur yang tampak dan terdengar. Kalau yang pertama saja yang berhasil diraih, maka sang aktor hanya tampil dalam taraf kerasukan saja. Memang penonton bisa merasakan kehadiran sang peran, tapi juga akan dibuat bingung oleh imaji audio visual yang salah.
          Tugas seorang aktor adalah menjembatani antara cerita dengan penonton. Orang boleh menilai tetapi aktor tidak, tetap saja dia harus bermain dengan bagus, artinya seorang aktor tidak boleh menilai potensi yang ada pada dirinya, biarkan orang yang menonton menilai penampilan  karena tugas seorang pemeran hanyalah menyampaiakan pesan-pesan cerita kepada penonton tanpa menganggap kalau akting yang dia lakukan itu bagus atau jelek. . Mewajarkan dialog adalah cara seorang aktor merefleksikan lingkungannya yang sedang terjadi . Akting adalah sekarang dan masa kini. Kita bukan orang yang berpidato, biarkan saja penonton yang mencari pemaknaan. Dialog akan wajar bila di tunjang oleh pikiran dan perasaan. Lebih di tekankan pada membuat percaya atau tidak percaya pada apa yang dilakukan oleh aktor. Hakikat seni peran adalah meyakinkan penonton atau masyarakat. Jika berhasil meyakinkan penonton bahwa apa yang tengah di lakukan aktor adalah benar, paling tidak, itu sudah cukup.ada beberapa harga dari permainan , disamping yang meyakinkan dan benar itu, yakni pura pura, meniru, atau/dan tidak meyakinkan. Yang tidak meyakinkan , tentu kurang benar. Pura pura juga tidak baik, dalam hal meniru, jika meyakinkan tidak apa apa. Intinya, sekali lagi, permainan harus meyakinkan penonton.
          Pengontrolan emosi yang baik yang dilakukan oleh aktor diatas pentas dapat membuat pertunjukan semakin menarik, dan hal tersebut jugalah yang dapat melihat kualitas dari seorang aktor. Aktor yang bisa mengontrol dan menghadirkan emosi yang sesuai dengan adegan akan memperoleh suatu pertunjukan yang bagus dan dapat meyakinkan penonton tentang adegan yang sedang di tampilkannya. Di samping itu, pengucapan dialog dan penguasan area pentas juga dapat menilai dari kualitas pemeran. Seorang aktor yang mahir dalam beradegan tentu akan dengan sangat mudah menguasai panggung dan dialog yang diucapkannya pun dapat dimengerti dengan baik oleh lawan main maupun penonton.
          Dari uraian di atas dapat kita simpulkan, kalau Aktor merupakan elemen penting dari sebuah garapan, sebuah garapan akan terasa hidup jika aktor-aktornya memainkan peran dengan baik, sebuah garapan bisa hidup tanpa sutradara tapi mustahil sebuah garapan berjalan tanpa adanya seorang aktor (Arifin C Noer). Jelaslah bahwa aktor adalah sesuatu yang sangat menunjang dari sebuah pertunjukan, aktor merupakan “mesin” penggerak dari sebuah pertunjukan. Tentunya sebuah garapan pertunjukan teater akan berjalan baik dan bagus bila aktornya memiliki kemampuan peran (akting) yang bagus.

TEATER: SENI YANG MEMBANTU PERKEMBANGAN BUDAYA BANGSA





Seni teater adalah seni yang sudah berkembang sejak lama, baik di dunia maupun di indonesia sendiri. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya jenis teater yang bermunculan. Di indonesia sendiri secara garis besar terdapat dua jenis teater yaitu teater tradisional dan teater modern. Teater tradisional rakyat yang tumbuh dan berkembang di setiap wilayah di indonesia menunjukkan kalau masyarakat indonesia pada umumnya “dulu” menyukai kesenian teater, walaupun telah terjadi pergeseran fungsi, dari upacara keagamaan menjadi media hiburan bagi masyarakat. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, kesenian teater mulai ditinggalkan. Masyarakat khususnya anak muda menganggap kalau kesenian teater adalah suatu yang membosankan dan bahkan dianggap kuno oleh sebagian orang. Hal itu dapat dilihat dari perbandingan penonton teater dan penonton sebuah konser band. Jika sebuah pementasan teater “bergandengan” dengan sebuah pementasan grup band dalam satu wilayah, maka sudah dapat dipastikan kalau penonton konser akan jauh lebih banyak dari penonton sebuah garapan teater. Hal tersebut tentu sangat di sayangkan, karena dalam sebuah garapan teater terdapat banyak nilai-nilai, baik itu nilai sosial maupun nilai moral terkandung di dalamnya yang bisa di serap dan di pahami oleh masyarakat sehingga bisa membentuk mental dan martabat manusia yang menontonya, berbeda dengan pementasan sebuah konser musik yang hanya menghadirkan suatu hiburan.
          Semakin “tenggelamnya” kesenian teater dalam masyarakat, di akibatkan oleh kurangnya perhatian masyarakat terhadap kesenian itu sendiri, hal itu tentu berdampak negatif bagi perkembangan budaya yang ada pada wilayah tersebut. Ironinya, pemerintah juga seakan telah membantu “mengubur" kesenian teater dengan menghapuskan program seni khususnya teater dari kurikulum sekolah. Pemerintah lebih cenderung menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang mengarah pada pembentukan budi pekerti pada siswa sehingga hal tersebut berakibat jenuhnya siswa dalam belajar dan memahami kehidupan yang ada di masyarakatnya. Fenomena tawuran yang ada dimana-mana di indonesia  merupakan indikasi kuat contoh dari jenuhnya siswa terhadap pelajaran yang ada di sekolah. Dalam kasus ini, orang telah lupa kalau ada yang telah disingkirkan dari pelatihan psikologi anak, yaitu kurangnya kesempatan siswa dalam berkreatifitas di dalam seni khususnya seni teater. hilangnya kesempatan siswa dalam belajar seni secara umum akan membuat mereka kehilangan pengetahuan dalam membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, indah dan tidak indah sehingga akan menghasilkan generasi bangsa yang berbudaya kekerasan dan menghalalkan apa yang menurutnya benar tanpa memperhitungkan norma-norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Secara umum cabang-cabang seni yang memiliki norma tata aturan tertentu untuk mengarahkan ke suatu tujuan tertentu yang sifatnya mendidik. Untuk itulah diperlukan pelajaran terhadap seni yang bisa mendidik prilaku anak seperti seni teater.
          Kesenian teater merupakan suatu cabang seni yang dapat membantu mendidik prilaku, karena di dalamnya terkandung banyak nilai-nilai didik. Dalam kesenian teater khususnya teater tradisional, menampilkan budaya-budaya yang ada pada masyarakat setempat sehingga dengan mengajarkan teater jenis ini kepada siswa, secara tidak langsung akan memberikan pemahaman terhadap budaya yang tumbuh dan berkembang di bangsa ini. Kehadiran budaya-budaya asing yang merambah ke relung-relung budaya tradisi sedikit banyak akan mempengaruhi pola prilaku masyarakat. Meskipun kenyataannya memperlihatkan bahwa pengaruh budaya asing itu tidak semuanya negative, namun ironisnya justru pengaruh yang negative yang di serap oleh masyarakat. Masyarakat khususnya anak muda lebih cenderung meniru pergaulan bebas, hura-hura, cara berpakaian aneh-aneh yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya bangsa kita.
          Dengan banyaknya budaya asing yang masuk ke indonesia, hendaknya pemerintah memasukkan pelajaran teater ke dalam kurikulum pembelajaran siswa baik untuk sekolah menengah umum( SMU), sekolah menengah pertama ( SMP) maupun sekolah dasar ( SD), karena seperti yang sudah di jelaskan di atas kalau di dalam sebuah seni teater khususnya teater tradisional mengandung nilai-nilai budaya bangsa yang berharga untuk dikembangkan. Sehingga dengan demikian budaya bangsa yang sudah ada sejak lama dapat “terselamatkan” dari derasnya arus perubahan zaman. Dengan berkesenian, seorang akan mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
          Permasalahan yang muncul saat ini adalah bagaiamana agar seni teater itu dapat menarik bagi masyarakat, sehingga pembelajaran terhadap kesenian tidak hanya di anggap enteng. Bagaimanapun juga nilai-nilai yang terkandung di dalam teater mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan masyarakat. Tantangan tersebut terkait dengan image orang tua yang menganggap remeh pelajaran seni khususnya seni teater.
          Dari uraian di atas dapat kita simpulkan, pelajaran seni khususnya seni teater sangat dibutuhkan dalam mengontrol prilaku karena di dalamnya terdapat pelajaran terkait budi pekerti maupun tentang norma-norma budaya. Sehingga dengan mempelajari teater, secara tidak langsung kita telah ikut mengembangkan budaya kita dan mengontrol masuknya budaya asing ke dalam kehidupan bangsa kita. Pelajaran tentang budi pekerti memang di perlukan, akan tetapi harus diimbangi dengan pelajaran tentang seni.

PENONTON DAN TEATER




Indonesia termasuk salah satu Negara yang mempunyai penduduk paling banyak di dunia, maka tidaklah mengherankan jika di indonesia banyak sekali jenis hiburan yang di tampilkan dan diperuntukkan bagi penikmatnya. Seni teater adalah salah satu contoh seni yang cukup digemari oleh masyarakat. Teater sendiri merupakan sebuah kesenian yang dimainkan dengan memainkan sebuah cerita di atas pentas dengan menggunakan media tubuh, gestur, dan vocal dari aktornya. Teater di indonesia juga memiliki jenis dan bentuk, tapi secara umum teater di indonesia berbentuk teater tradisional dan teater modern, teater tradisional berkembang hanya di satu wilayah, karena jenis teater ini berangkat dari budaya masyarakat yang ada pada daerah tersebut. Sedangkan teater modern berkembang di mana saja karena jenis teater ini sudah diketahui oleh hampir semua orang di indonesia.
          Dengan begitu banyaknya kelompok-kelompok teater yang bermunculan di Indonesia, maka semakin ramai pula pertunjukan-pertunjukan hiburan yang di dapatkan oleh masyarakat yang ada di tanah air ini. Para penggarap teater seakan berlomba satu sama lain untuk menggarap suatu pertunjukan teater, baik itu hanya untuk kesenangan semata, ataupun memang diperuntukkan untuk masyarakat. Para penikmat teater pun kini bisa melihat dan memilih  pertunjukan yang di sukai, baik berupa pertunjukan teater rakyat maupun teater modern.
          Penonton dari teater bisa dari kalangan mana saja, baik itu kalangan bangsawan atau rakyat biasa, kaya atau miskin, muda atau tua. Teater memang bisa di tonton oleh siapa saja, akan tetapi tentu berbeda tujuan dan kebutuhan dari mereka semua dalam menonton teater, mereka ada yang ingin menonton teater sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh dan letih sehingga menganggap teater sebagai salah satu pertunjukan yang menghibur (penonton pasif), dan ada pula yang menonton teater untuk mencari dan menangkap pesan-pesan yang di sampaikan melalui cerita, penonton seperti inilah yang disebut penonton aktif. Dari sekian banyak penonton teater, biasanya orang yang di golongkan sebagai penonton aktif adalah orang-orang yang sedikit-banyak mengerti tentang teater. Mereka bisa mencerna dan mendefinisikan pesan-pesan yang disampaikan oleh para aktor meskipun pesan tersebut hanya di sampaikan melalui bahasa isyarat.
          Orang tua dan anak muda tentu memiliki pandangan yang berbeda terhadap teater, para orang tua cenderung lebih suka kepada teater tradisional yang ada di wilayahnya dari pada teater modern, hal itu dapat kita lihat dari pengalaman menonton pertunjukan randai di desa mungka, padang lawas, dan jopang. Setiap pertunjukan randai yang diadakan di desa ini, sudah dapat dipastikan kalau penontonnya umumnya adalah orang tua. Hal itu membuktikan kalau orang tua sangat peduli terhadap budaya mereka yang telah ada sejak lama, sedangkan orang muda menganggap kalau pertunjukan seperti demikian sudah ketinggalan jaman dan tidak gaul. Karena sifat keingintahuannya yang luas dan kebutuhan hiburan yang fresh membuat anak muda cenderung lebih menyukai pertunjukan yang bersifat modern. Di dalam pertunjukan teater modern, cerita yang di sampaikan bersifat global atau tidak terbatas pada cerita daerah tertentu sehingga budaya yang di hadirkan dalam garapan tersebut bisa beragam macam karena berasal dari budaya yang berbeda di indonesia maupun di dunia. Di katakan demikian, karena naskah teater modern bisa berasal dari satu daerah yang berbeda dengan daerah si penggarapnya.
          Kurangnya minat anak muda terhadap teater tradisional, berdampak negativ terhadap budaya bangsa, karena dari pementasan teater tradisional lah kita sebenarnya dapat memelihara dan mengembangkan budaya yang ada di masyarakat. Jika anak muda zaman sekarang sudah tidak peduli terhadap budayanya sendiri, maka sudah dapat di pastikan kalau beberapa tahun kedepan budaya bangsa perlahan akan menghilang dari kehidupan masyarakat.
          Dari uraian di atas dapat kita simpulkan, bahwa teater adalah hiburan yang diperuntukkan untuk semua kalangan untuk di jadikan hiburan sekaligus media pendidikan. Dengan menonton teater kita bisa mendapatkan pesan-pesan yang disampaikan oleh naskah maupun sutradara, baik itu pesan sosial maupun pesan moral. Tontonan teater di Indonesia ada berbagai macam, tapi secara garis besar mengarah kepada bentuk teater tradisional dan teater modern. Semakin kurangnya minat masyarakat terhadap teater tradisional, maka semakin kurang pula pengembangan budaya yang ada di masyarakat, dimana hal itu berdampak menciptakan generasi anak muda yang “tidak berbudaya”. Harapan kita semua, semoga pertunjukan teater khususnya teater tradisional semakin banyak di pentaskan, sehingga budaya bangsa kita yang sudah ada sejak lama tidak punah, tetapi semakin terpelihara dan berkembang. 

TEATER: HIBURAN MASYARAKAT YANG KAYA AKAN NILAI-NILAI




         
        Teater pada zaman sekarang ini sudah menyebar kemana-mana, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di Indonesia sendiri, teater sudah berkembang sejak lama. Hal tersebut dapat kita lihat dari teater-teater tradisional Indonesia yang telah berkembang secara turun-temurun di kalangan masyarakat, fungsinya pun sekarang sudah beragam. Jika dulu orang berteater untuk kepentingan upacara kegamaan, maka pada zaman sekarang ini teater lebih cenderung mengarah kepada media hiburan dan media pendidikan.
          Menggarap sebuah teater di perlukan suatu kreatifitas dari pelakunya, supaya karya-karya yang dipentaskan dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat. Sebuah karya teater harus dapat menghibur semua penikmat yang hadir untuk menyaksikannya, oleh karena itu sebuah karya teater harus berisi hal-hal seperti berikut, yaitu:
·        Punya nilai estetika, membuktikan kalau dengan berteater kita dapat memupuk nilai-nilai keindahan yang ada pada diri manusia, hal ini tidak hanya berlaku pada seni teater saja, akan tetapi semua karya seni juga harus memiliki hal yang satu ini
·        Punya nilai etika, artinya kalau sebuah karya seni khususnya teater harus dapat mendidik moral, baik dari penggarapnya maupun orang menikmatinya/masyarakat.
·        Edukatif, artinya sebuah pementasan teater harus mampu menuntun masyarakat kearah yang lebih maju dari sebelumnya, baik dari segi jasmani, rohani, maupun kemajuan intelektual dari seorang manusia.
·        Konsultatif, sebuah karya seni khususnya teater harus bisa memberikan penerangan mengenai persoalan atau masalah-masalah yang sedang terjadi dan tumbuh dalam masyarakat tersebut.
·        Kreatif, sebuah karya teater harus menampilkan yang baru dan punya nilai hiburan yang tinggi
·        Rekreatif, artinya bahwa karya teater tersebut harus dapat memberikan hiburan yang sehat bagi penikmatnya.

Di dalam sebuah teater banyak mengandung pesan-pesan moral atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seperti : nilai didik ( di dalam teater banyak sekali pesan-pesan mendidik yang di sampaikan oleh cerita baik melalui perantara aktor maupun dalam settingan panggung), nilai sejarah ( dengan menonton teater kita dapat menangkap dan melihat sejarah dari satu kejadian, baik itu terjadi pada masa lampau maupun yang terjadi baru-baru ini), nilai budaya (dengan menonton teater kita bisa melihat dan mempelajari budaya-budaya dari cerita yang dipentaskan, nilai religius ( ada sebagian teater yang mengangkat naskha yang bertemakan agama dan dengan demikian kita dapat mengambil pesan-pesan agama yang ada dalam cerita tersebut.
Seni teater terlahir dari apa yang hidup dan tumbuh di sekitar dan sekeliling kehidupan senimannya: bumi yang dipijaknya, masyarakat di sekitarnya, bangsa dan negaranya, kehidupan sosial politis yang melingkunginya, sejarahnya, semangat, serta cita-cita zamannya. Di dalamnya ia hidup dan menghirup kehidupan. Ia adalah anak kandung daerah kehidupannya. Setiap hal yang disuarakan dalam suatu karya seni teater adalah apa yang tumbuh bergejolak dalam lingkungan masyarakatnya melalui pemikiran dan kerja senimannya. Jadi, seniman adalah corong dari masyarakat dan zamannya.
Memang benar bahwa seniman harus memiliki kebebasan sebagai manusia. Akan tetapi Kebebasan yang murni dalam seni akan melahirkan ’seni untuk seni’; seniman hanya akan asyik dengan dirinya sendiri dan terlepas dari masyarakat yang menjadi almamaternya. Kebebasan dalam seni sesungguhnya menuntut adanya sebentuk tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat dan zamannya, karena manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan.
     Nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangkan oleh seniman adalah demi kemanusiaan itu sendiri, demi keluhuran kemanusiaan, dan tidak akan pernah ada seniman yang menghendaki kehancuran terhadap martabat kemanusiaan. Sebagai karya seni, teater pun memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta pemasalahan manusia. Aspek-aspek kejiwaan, masalah sosial, keagamaan, metafisika, politik, dan hak-hak azasi manusia merupakan daerah pembicaraan drama. Dan aspek-aspek inilah yang sesungguhnya menjadi visi dan esensi drama. Dalam menangkap visi (pesan atau amanat) yang terdapat dalam drama ini, pembaca atau penonton drama dituntut memiliki wawasan yang memadai di bidang-bidang ilmu lain yang berkaitan dengan tujuan senimannya.
Permasalahan yang diangkat dalam kehidupan dan pertunjukan teater sangatlah beragam. Banyak masalah dan tema yang dikemukakan oleh sutradara serta penulis lakon yang diwujudkan melalui teater. Persoalan perjuangan manusia, masalah sosial dan kemanusiaan, masalah cinta dan percintaan, masalah kejiwaan dan penyimpangan kejiwaan, masalah dakwah keagamaan, hingga ke masalah-masalah metafisik dan filsafat. Jika kita sadar, maka pemasalahan-permasalahan seperti itulah yang sesungguhnya menjadi ruh atau esensi sebuah pertunjukan teater.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pementasan sebuah teater bukan hanya untuk menjadi hiburan semata bagi penontonnya, akan tetapi di dalam cerita yang di bawakannya terdapat banyak nilai-nilai yang bisa membangun mental dan martabat masyarakat.

MENGETAHUI TENTANG AKTOR DAN PERANNYA


Abstrak : teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya mewujud dalam suatu karya(seni). Di dalam menyatakan rasa dan karsanya , alat atau media utama ditunjang oleh unsur unsur :gerak,suara,bunyi dan rupa . Aktor adalah orang yang mewujudkan peran lakon ke dalam realita seni pertunjukan , tugas utama seorang aktor atau pemeran adalah membawakan peran lakon sesuai dengan porsi yang tersedia untuknya . Peran adalah suatu laku aktor di atas pentas yang dimaksudkan untuk meyakinkan penonton bahwa yang dilakukan benar-benar nyata, dan merupakan media penyampai pesan cerita kepada penonton.
Kata kunci : Aktor ,pemeranan

Pendahuluan
        Proses teater merupakan sebuah dialogis dari beberapa elemen, diantaranya sutradara dan aktor. Dialogis tersebut pada dasarnya bertumpu pada serangkaian kreativitas untuk menghubungkan naskah dengan wilayah pertunjukan atau panggung dengan mengikuti kaidah-kaidah seni pertunjukan teater itu sendiri, sedapat mungkin proses dialogis dalam bentuk pengemasan harus berpatok pada kemudahan komunikasi dengan penonton sehingga teater tidak lagi menjadi kesenian yang berjarak dari masyarakat. Ada 4 unsur yang mengusung terciptanya sebuah teater yaitu naskah ,pemain (aktor),tempat pertunjukan dan penonton.
       Aktor atau seniman pemeranan adalah seniman yang mewujudkan peran (sosok- sosok pelaku di dalam sebuah cerita atau lakon) ke dalam realita seni pertunjukan. Sebagai seniman ia tidak bisa lepas dari unsur unsur kemanusiaan yang umum, juga dan fungsinya sebagai manusia utuh dalam lingkungan serta tata nilai tempat ia hidup dan berkarya.
      Aktor sebagai seniman penampil dalam sebuah karya/garapan harus bisa meyakinkan penonton terhadap apa yang disampaikannya sehingga pesan yang disampaikan oleh sutradara dapat sampai kepada penonton dan dapat dengan mudah di mengerti, hal itu dapat diwujudkan dengan penghayatan dan keseriusan peran yang ditampilkan oleh aktornya akan tetapi seringkali aktor tidak bisa menyampaikan pesan yang tersirat dalam naskah lakon karena peran yang dimainkan hanya sebatas “menjalankan peran” tidak dengan penghayatan dan keseriusan dan tingkat kualitas akting yang diperlihatkan kurang bisa “menghanyutkan penonton dalam suasana naskah lakon”. Hal itu bisa disebabkan karena aktor kurang serius dalam latihan dan tidak mengasah bakat yang ada dalam dirinya . Dalam sebuah teater bakat memang di perlukan, tapi penguasaan tekhnik bermain bisa menutupi kekurangan dalam hal bakat , artinya meskipun seorang aktor kurang memiliki bakat tetap dapat bermain teater dengan cara berlatih secara terus menerus dengan penghayatan dan menguasai tekhnik bermain.
Metode yang penulis gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metodi studi pustaka .

Pembahasan
       Aktor atau seniman pemeranan adalah seniman yang mewujudkan sebuah peran ke atas panggung yang berangkat dari naskah lakon yang di garap oleh sutradara . Keberadaan seorang aktor di tengah kegiatannya sebagai seniman penampil ,tergantung pada 3 unsur pokok yaitu ‘aktor dan dirinya’, ‘aktor dan lakon’, ‘aktor dan produksi’. Pengertian aktor dan dirinya mengarah pada posisinya dalam seni peran , di mana media dalam seni peran adalah diri aktor itu sendiri ,yang di maksud dengan diri pemeran di sini adalah tubuh dan segala sukma yang berasal dari diri aktor seperti semangat ,imajinasi ,daya ingat,konsentrasi dan lain sebagainya . Aktor dan lakon mengarah pada posisi aktor dan lakon yang di mainkannya .
        Sebagai aktor ,tentu saja masalah penampilan ,bakat atau keterampilan (akting ) sangat di butuhkan untuk menunjang kualitas sebuah pertunjukan karena dengan akting yang bagus pertunjukan yang di tampilkan memiliki kualitas yang baik .
        Akting (peran berasal dari kata ‘to act’ yang berarti “beraksi”. Akting dalam konteks ini adalah perpaduan antara atraksi fisikal (kebertubuhan), intelektual(analisis karakter dan naskah) dan spiritual(transformasi jiwa).[1]
        Tugas utama seorang pemeran adalah  membawakan peran lakon sesuai dengan porsi yang tersedia untuknya, laku pentas yang membawa kejelasan ,hanya bias di capai jika si pelaku berada dalam stamina yang baik ,penuh vitalitas hingga peran yang di bawakannya terpegang,terkuasai ,tidak kedodoran dan tidak kehabisan nafas . Laku pentas yang memperlihatkan pengembangan , hanya tercipta dari dorongan rasa terdalam yang di miliki oleh aktor ,yang berasala dari pengalaman pengalaman yang pernah di alami ataupun di temui oleh aktor itu sendiri.
         Pertunjukan yang mempunyai kualitas yang baik tentu lahir dari garapan yang sempurna , ide ide cemerlang yang di berikan oleh sutradara di dalam garapan lakon dan di tunjang dengan kualitas akting seorang aktor , tapi sekarang untuk menemukan seorang aktor yang mempunyai kualitas acting yang mumpuni sangat susah di temukan . kualitas pemeranan seorang aktor di atas pentas sangat di tunjang dari hal hal berikut :
·        Penampilan fisik
          Penampilan fisik dari seorang aktor sangat menunjang kualitas keaktoran di mana struktur fisik yang baik ,gesture yang bagus ,tipe watak atau attitude sangat berpengaruh dan menunjang kualitas seorang aktor , dalam hal ini para aktor dengan penampilan yang biasa mengejar pelukisan kondisi fisik peranannya dengan berbagai cara yang meyakinkan , dengan cara tambal sulam melalui sikap/gestur dan teknik pemeranan. Seorang aktor perlu menjalani latihan latihan secara kontinyu atau berkelanjutan untuk bisa menjaga kelenturan kelenturan tubuhnya ,melatih vokalnya karena gerakan apapun yang di lakukan di atas pentas haruslah memberi kemungkinan bagi perkembangan daya kreatif aktor tersebut . Kemampuan aktor di batasi oleh kemampuannya menampilkan laku laku tertentu dalam hal bidang yang di kuasai maupun hanya sekedar tahu tentang bidang itu , seperti seorang yang tak bisa atau tidak tahu tentang silat tidak mungkin memainkankan peran sebagai seorang pendekar silat karena pasti merusak karakter peran yang ada dalam naskah lakon dan tentunya tidak meyakinkan penonton terhadap peran yang di mainkannya .
          Hakikat seni peran adalah meyakinkan(make believe). Jika berhasil meyakinkan penonton bahwa apa yang tengah di lakukan aktor adalah benar, paling tidak, itu sudah cukup.ada beberapa harga dari permainan , disamping yang meyakinkan (justified) dan benar itu, yakni pura pura, meniru, atau/dan tidak meyakinkan. Yang tidak meyakinkan , tentu kurang benar. Pura pura juga tidak baik, dalam hal meniru, jika meyakinkan tidak apa apa. Intinya, sekali lagi, permainan harus meyakinkan penonton[2]
·        Penampilan emosi dan intelegensi
          Kekuatan emosi yang di bangun oleh seorang aktor sangat menunjukkan kualitas dari seorang aktor , aktor yang bisa mengontrol dan menghadirkan emosi yang sesuai dengan adegan akan memperoleh suatu pertunjukan yang bagus dan dapat meyakinkan penonton tentang adegan yang sedang di tampilkannya . Sikap/attitude, gesture, respons terhadap ucapan dan tekanan maupun reflex reflex terhadap suatu perubahan sangat erat dengan emosi dan intelegensi peranan, dan harus terpencar dalam membawakan lakunya . Karena itu secara logis pula seoran aktor harus memiliki penguasaan emosi dan intelektualitas yang tinggi minimal mampu mengekpresikan kedua unsur itu sesuai dengan tuntutan peran yang di bawakannya .
           Tidak semua pemeran dapat membawakan segala macam peranan. Tapi seorang aktor dengan bantuan sutradara harus bisa menetukan standar kejelasan perwatakan peran peran yang di bawakannya. Seorang aktor pemula harus mengerahkan segala pengertian, kepekaan dan keterampilannya, ia tidak akan berhasil membawakan watak yang berada di luar acuan kemampuan emosi dan intelegensinya.[3]
·        Penampilan kata-kata dan dialog
               Seorang aktor yang baik adalah aktor yang dapat mengontrol pengucapan kata kata atau dialog yang ada dalam naskah lakon dengan baik , ketepatan pengucapan dialog ,pengaturan intonasi dengan baik sangat menunjang sebuah pertunjukan karena sebuah kemampuan vokal yang baik bagi seorang aktor adalah syarat agar bisa memainkan peran secara proporsional. Dengan laku vokal, aktor di tuntut untuk dapat menyampaikan informasi perannya. Juga menampilkan gagasan menjadi perwujudan watak watak yang nyata, dalam penyampaian informasi atau gagasan di perlukan artiukulasi yang jelas sehingga penonton dapat mengerti terhadap apa yang di sampaikan oleh aktor tersebut.
               Artikulasi merupakan alat paling ekspresif dari perasaan seorang aktor tentang suasana hati dan situasi sosial di sekitarnya. Di sini, hubungan antar otot dengan apa (what) yang di katakana dan bagaimana (how) mengatakannya, adalah satu kesatuan ekspresi gestur yang kompleks. Artikulasi bunyi yang di tampilkan oleh scenario adalah hal hal penting bagi aktor untuk memasuki seluk beluk karakter dan alur ceritanya. Dari sini, seorang aktor mulai mengerti diksi ( cara berbahasa atau berbicara), tempo, ritme,gestur vocal, gesture fisik dan semua unsur pemeranan yang ideal untuk membawakan perannya.[4]
              Secara tekhnis kontrol suara seorang aktor sangat erat dengan kondisi fisik dari mentalnya, disamping keterampilan mengatur alat alat suara itu sendiri. Pengaturan volume, nada, tekstur, tempo dan diksi pada saatnya merupakan alat ekspresi yang utama. Kemampuan menafsirkan suatu peranan akan di batasi oleh kualitas suara si pemeran dan fasilitas yang di dapatkannya.[5]
·        Penggunaan unsur ruang
               Ruang pentas tempat seorang aktor bermain merupakan media ekspresi tanpa batas yang bisa di gunakan untuk mengembangkan imaji teater , karena ia mendayagunakan bahasa ruang . Aktor yang pintar adalah aktor yang dapat memanfaatkan ruang dengan seefektif mungkin . Teknik penampilan si aktor harus efektif tidak saja bagi penampilan dirinya dan peranan yang di bawakannya , tapi juga bagi media yang di pakainya, di panggung atau dalam bingkai layar. Tekhnik pemeranan adalah keterampilan dengan mana si pemeran menggabungkan peralatan seninya untuk menciptakan respons emosional dan intelektual sehingga tercapai suatu suasana/atmosfir tertentu

Bobot Peran
               Yang di maksud dengan bobot peran adalah intensifikasi pengembangan watak watak dan suasana. Dalam hal ini pemeran harus mempertaruhkan segala kemampuan dan daya kreasi yang di dorong oleh intuisi keseniannya. Unsur daya tarik pribadi besar pula peranannya di sini[6]
Dalam seni drama bobot peran ini adalah ukuran/nilai yang mengisi dan menghidupkan suatu peran. Untuk sampai pada bentuk peran kita harus melalui suatu proses latihan/pencaharian yang terus menerus dan intensif , di mana seorang pemeran harus mengkaji hubungan hubungan diri pemeran dengan bentuk lakon, nilai-nilai di balik bentuk, mencari identifikasi peran melalui pengamatan-pengamatan pada lingkungan, melalui diskusi-diskusi maupun latihan penerapan, penggalian pada diri sendiri serta serangkaian percobaan dalam bentuk kerja ensamble.
               Seorang yang tidak mempunyai bakat terhadap akting dalam sebuah teater tetap bisa bermain teater yakni dengan cara giat berlatih dan berusaha mengasah kemampuan yang di milikinya. Ada seorang aktor yang aktingnya bagus, tapi itu terjadi sebelum dia mengetahui tekhnik/teori akting. Begitu dia diberi tahu tentang tekhnik dan teori bermain teater mainnya menjadi jelek. Itu di karenakan dia tidak mengawinkan atau menggabungkan tekhnik bermain dengan bakat teater yang di milikinya . Bakat adalah anugerah, sedang tekhnik hanya alat . jika bakat sudah menemukan jawabannya maka tekhnik diperlukan lagi . Tujuan dalam seni peran dan akting adalah meyakinkan dan di wujudkan dengan penuh keindahan.
               Dalam berakting, seorang aktor dilarang berpura-pura. Dia harus menciptakan kebenaran (justifikasi) peran. Ketika bermain sebagai orang gila, dia harus “benar-benar” menjadi orang gila. Seorang aktor harus sesunguhnya menjadi peran itu sehingga penonton yakin bahwa dia memang tokoh yang sedang diperankannya itu.[7]
               Hal yang terpenting yang harus dilakukan aktor dalam menunjang bobot peran adalah konsentrasi dimana konsentrasi adalah memfokuskan pikiran ke satu objek. Dalam berkosentrasi, kepekaan si aktor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu. Di sini seorang aktor harus punya pusat perhatian yang bisa menembus ruang dan waktu. Imajinasi, kerja sama aktor terutama dengan lawan main dan alat-alat panggung, dan mengoptimalkan momentum yang ada.

Kesimpulan
               Aktor merupakan elemen penting dari sebuah garapan, sebuah garapan akan terasa hidup jika aktor-aktornya memainkan peran dengan baik, sebuah garapan bisa hidup tanpa sutradara tapi mustahil sebuah garapan berjalan tanpa adanya seorang aktor (Arifin C Noer). Jelaslah bahwa aktor adalah sesuatu yang sangat menunjang dari sebuah pertunjukan, aktor merupakan “mesin” penggerak dari sebuah pertunjukan. Tentunya sebuah garapan pertunjukan teater akan berjalan baik dan bagus bila aktornya memiliki kemampuan peran (akting) yang bagus.
                 Akting adalah suatu seni peran di mana kita bisa menghidupkan sebuah peran sesuai dengan kebutuhan saat ini, Dengan akting kita bisa meyakinkan penonton bahwa hal yang kita lakukan di atas pentas seperti selayaknya atau tidak terasa di buat-buat . Akting satu orang dengan orang lainnya pasti berbeda tergantung dari bakat yang di miliki tapi apabila seorang aktor tidak memiliki bakat terhadap akting bukan berarti dia tidak bisa main teater. Seorang yang tidak memiliki bakat bisa memainkan peran dengan baik dengan cara berlatih dengan sungguh-sungguh dan secara kontinyu (terus-menerus).
                 Ada dua unsur penting untuk menghadirkan suatu peran di atas pentas. Pertama, peran yang yang di masukkan ke dalam diri dan unsur ini tidak tampak sebab berada di dalam diri seorang aktor. Kedua, adalah unsur yang tampak dan terdengar. Kalau yang pertama saja yang berhasil diraih, maka sang aktor hanya tampil dalam taraf kerasukan saja. Memang penonton bisa merasakan kehadiran sang peran, tapi juga akan dibuat bingung oleh imaji audio visual yang salah.[8]
                 Tugas seorang aktor adalah menjembatani antara cerita dengan penonton. Orang boleh menilai tetapi aktor tidak, tetap saja dia harus bermain dengan bagus. Cerita bagaimana pun seorang aktor harus tetap bagus bermain. Tidak ada hubungannya dengan cerita. Mewajarkan dialog adalah cara seorang aktor merefleksikan lingkungannya yang sedang terjadi . Akting adalah sekarnag dan masa kini. Kita bukan orang yang berpidato, biarkan saja penonton yang mencari pemaknaan. Dialog akan wajar bila di tunjang oleh pikiran dan perasaan. Lebih di tekankan pada membuat percaya atau tidak percaya pada apa yang dilakukan oleh aktor.

















DAFTAR PUSTAKA
Anirun, Suyatna.1998. Menjadi aktor. Bandung: Rekamedia Multiprakarsa.
Riantiarno, Nano. 2011. Kitab Teater. Jakarta: Grasindo
Petet, Didi. 2006. Acting. Bandung: rekayasa sains
Aradea, Nandang. 2009. Akting. Banten: Berjaya buku


[1] Didi Petet, Acting. (Bandung: Rekayasa Sains Bandung, 2006 ), 03
[2] N.Riantiarno,kitab teater, (Jakarta:Grasindo,2011),107
[3] Suyatna Anirun,menjadi aktor, (Bandung:Rekamedia multiprakarsa,1998),45
[4] Didi Petet,acting, 72
[5] Suyatna Amirun,menjadi aktor, 46
[6] Suyatna Anirun,menjadi aktor, 139
[7] N.Riantiarno, kitab teater, 114
[8] Nandang Aradea, Akting, (Banten: Berjaya buku: 2009), 51

Minggu, 17 November 2013

Pentingnya pemahaman psikologi dalam teater


    
 
      Teater merupakan suatu kesenian yang dimainkan dengan beradegan memerankan suatu tokoh yang membentuk suatu cerita di atas pentas. Tokoh-tokoh yang di mainkan tersebut berdasarkan naskah dan arahan sutradara, antara satu tokoh dan tokoh yang lainnya pasti berbeda, baik dari segi fisik, sosial maupun kejiwaan. Dari segi fisik dan sosial bisa terjadi kesamaan, akan tetapi jika dalam segi psikologi (kejiwaan) sudah bisa di pastikan berbeda, misalnya saja kejiwaan orang yang gila karena kehilangan rumah dengan orang yang gila karena di putusin pacar pasti berbeda.
          Di dalam teater, mempelajari psikologi sangatlah penting baik itu bagi sutradara maupun bagi para aktor. Sutradara yang tidak mengerti akan kejiwaan, akan sulit untuk menentukan aktor yang tepat dalam garapannya atau bahkan bisa memilih aktor yang salah karena tidak cocok dengan karakter yang ada dalam naskah. Selain itu, dia juga akan kesulitan me manage para aktornya. Sedangkan bagi para aktor, pemahaman terhadap psikologi tentu akan membantunya dalam urusan memerankan suatu tokoh. Aktor-aktor yang mengerti akan psikologi lawan main dan karakter yang ia mainkan, maka dengan mudah ia menemukan bentuk akting yang tepat. Bagi aktor yang tidak memahami psikologis karakter yang ia mainkan, maka sudah dapat dipastikan pertunjukan yang dihadirkan tidak sesuai dengan harapan naskah sehingga hasil yang didapatkan pun kurang maksimal.

Masyarakat awam dan teater



     
          Pertunjukan teater yang sudah merambah di mana-mana, menjadi hiburan tersendiri bagi penikmatnya tidak terkecuali oleh masyarakat awam. Bagi orang yang mengerti akan teater, sudah pasti mereka akan menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam cerita yang disampaikan , lalu bagaimana dengan orang awam? Ternyata, bagi masyarakat yang tidak begitu mengenal teater menganggap kalau pertunjukan teater adalah suatu yang sangat menyenangkan, apalagi kalau yang ditampilkan pertunjukan yang ber genre komedi. Mereka senantiasa tertawa terbahak-bahak menyaksikan adegan lucu yang dilakukan oleh para aktor tanpa mengetahui pesan tersirat yang disampaikan oleh cerita.
          Masyarakat yang tidak begitu mengenal apa itu teater, menganggap kalau teater itu adalah suatu hiburan yang segar. Mereka datang ke panggung pertunjukan hanya untuk menyaksikan pementasan semata, tanpa ada niat untuk melihat nilai-nilai yang di sampaikan aktor karena mereka pun sebenarnya tidak begitu mengerti terhadap pertunjukan. Masyarakat berbondong-bondong datang ke suatu pementasan, akan tetapi sesampai di sana mereka hanya ingin menyaksikan kelucuan yang ada tanpa memperhitungkan panggung maupun property panggung yang lainnya. Setelah pementasan pun mereka pulang ke rumah masing-masing tanpa ada satupun pesan yang menyangkut di kepalanya, dengan kata lain mereka hanya menjadi penonton pasif  yang memenuhi gedung pertunjukan.

Teater non realisme lebih seru daripada teater realisme


      
       
           Pertunjukan teater yang sudah ada sejak lama, membuat aliran teater juga beragam. Mulai dari teater klasik di yunani hingga teater modern yang ada sekarang ini. Teater juga memiliki dua aliran popular sampai saat ini, yaitu aliran realisme dan aliran non realisme. Teater yang ber genre non realisme lebih diminati oleh masyarakat pada umumnya, karena pada aliran ini para penonton yang hadir dalam sebuah pementasan dapat berkomunikasi langsung dengan cerita, berbeda dengan realisme yang hanya “menyuruh” penonton untuk diam dan melihat pertunjukan dari awal sampai akhir.
          Teater realisme menampilkan satu cerita yang memang bercermin langsung dari keadaan nyata, dan pembawaannya pun harus mirip dengan peristiwa yang sebenarnya, seperti berjalan, berbicara, minum dan lain-lain. Sedangkan non realisme menampilkan suatu cerita yang “merusak” realisme, artinya adegan-adegan yang dalam pementasan ber genre ini bertentangan dengan hukum realisme, contohnya jika dalam realisme berjalan harus mirip dengan kenyataan yang ada, maka dalam non realisme bisa dibuat berbeda seperti dilebih-lebihkan. Bagi penonton yang menjadikan pementasan hanya sebatas hiburan, mereka lebih cenderung menyukai teater non realisme, selain karena pembawaan ceritanya yang “ringan”, mereka juga bisa berhubungan langsung dengan cerita, seperti berteriak-teriak kepada aktor atau menjawab pertanyaan aktor. Hal seperti itu tentu tidak di temui di realisme, karena pada realisme para aktor tidak bisa berkomunikasi langsung dengan audiens.

Pentingnya musik dalam teater


         
 
        Teater merupakan suatu kesenian yang sangat kompleks karena di dalamnya berpadu berbagai macam seni yang salah satunya adalah musik. Dalam pementasan teater sering kita dengar melodi maupun petikan-petikan alat musik yang semakin menghanyutkan penonton dalam suasana cerita yang dihadirkan. Musik memang elemen yang mendukung dari suatu penggarapan teater, para aktor yang memainkan dan menciptakan suasana utama dalam teater dapat di bantu oleh musik untuk lebih mengoptimalkan suasana yang ada.
          Pentingnya musik dalam sebuah garapan teater memang sudah tidak terbantahkan lagi, karena setiap pertunjukan teater yang ada pasti di dukung oleh suatu permainan musik. Musik dimaksudkan untuk mengisi bahkan menciptakan suasana dalam sebuah garapan. Contohnya ketika aktor sedang memainkan adegan yang bersifat sedih, para penonton akan terbawa oleh suasana sedih yang di hadirkan aktor maka dengan musik suasana yang dihadirkan bisa lebih dalam sehingga penonton pun bisa di buat menangis. Musik juga bisa menghadirkan suasana dari suatu musim seperti musim semi, musim hujan dan lain-lain, juga musik dapat menghadirkan suasana dari suatu tempat seperti di tengah sawah, di tepi pantai dan lain sebagainya.

Teater menurut mereka: Abdul razak( mahasiswa jurusan musik isi padang panjang)



     
          Teater merupakan satu kesenian yang sudah tidak asing lagi masyarakat pada umumnya, walaupun banyak yang menyebutnya dengan istilah seni drama. Seperti yang diakatakan oleh mahasiswa semester lima jurusan musik ISI Padang Panjang, Abdul razak atau biasa dipanggil jack. Dia mengartikan teater sebagai suatu seni drama yang dipentaskan di hadapan penonton, dimana cara memainkannya dengan berakting yang dilakukan oleh para aktor dan cerita yang dihadirkan berisi pesan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Cerita yang dihadirkan dalam teater membimbing para audiens untuk masuk ke dalam suasana cerita, sehingga mereka dapat langsung berhubungan dengan cerita di atas pentas.
          Jack juga mengungkapkan kalau sebuah teater yang bagus dapat dinilai dari akting para aktornya, jika yang memainkannya kurang maksimal dalam berakting maka sudah di pastikan kalau pertunjukan tersebut kurang di minati, akan tetapi jika aktingnya bagus maka semua orang akan menyukainya. Dia menambahkan, kalau akting itu adalah proses meniru atau menjadi karakter orang lain, karena dalam bermain teater kita akan memainkan tokoh orang lain. Semakin bagus kita mempelajari akting maka akan semakin baik pulalah kita memerannkannya. Akan tetapi ada sekumpulan orang yang tidak harus mempelajari akting dengan serius, akan tetapi ketika bermain teater dia bisa menampilkan peran yang sangat bagus,  maka dalam hal ini bisa dikatakan kalau bakatlah yang membuatnya demikian. Orang yang mempunyai bakat untuk bermain teater, maka dengan mudah dia akan terampil dalam memerankan suatu tokoh akan tetapi orang yang tidak memiliki bakat juga bisa bermain bagus, asalkan dia mau berlatih keras mengasah kemampuannya.

Teater merupakan suatu kreatifitas manusia yang unik



          Teater pada zaman sekarang ini sudah menyebar kemana-mana, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di Indonesia sendiri, teater sudah berkembang sejak lama. Hal tersebut dapat kita lihat dari teater-teater tradisional Indonesia yang telah berkembang secara turun-temurun di kalangan masyarakat, fungsinya pun sekarang sudah beragam. Jika dulu orang berteater untuk kepentingan upacara kegamaan, maka pada zaman sekarang ini teater lebih cenderung mengarah kepada media hiburan dan media pendidikan.
          Menggarap sebuah teater di perlukan suatu kreatifitas dari pelakunya, supaya karya-karya yang dipentaskan dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat. Di dalam sebuah garapan, akan dituangkan emosi-emosi dari sutradara sehingga antara garapan yang satu dengan garapan lainnya akan berbeda jika kebetulan mengambil naskah yang sama. Jika seorang menggarap naskah pagi bening misalnya, maka orang lain yang menggarap naskah itu juga pasti akan menghasilkan suatu karya yang berbeda. Hal itu disebabkan dengan perbedaan kreatifitas dan ide-ide dari sutradara yang satu dengan sutradara lainnya. Dengan demikian jika kita menonton suatu pementasan teater, kita akan melihat suatu hasil kreasi yang unik dari penggarapnya.

Teater itu menyenangkan !!



   
     Teater merupakan salah satu bentuk kesenian manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya untuk membuat alur cerita yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan ditunjang dengan dialog dan berbagai property panggung seperti setting, lighting maupun musik. Bermain teater itu sangat menyenangkan, bahkan oleh sebagian orang menyebutnya suatu kebanggaan. Dalam bermain sebuah teater kita bisa sedikit menghilangkan rasa penat dari aktivitas kita yang lainnya, juga dapat menghilangkan stress.
          Bermain teater berarti memainkan suatu alur cerita dengan menjadi karakter orang lain, seperti menjadi bapak-bapak, anak muda maupun menjadi orang gila sekalipun. Bagi orang yang menganggap teater sebagai hobi, maka mereka akan mendapatkan suatu terapi jiwa yang bisa menghadirkan kepuasan tersendiri bagi pelakunya. Di dalam teater kita akan menemukan suatu permainan yang menyenangkan, yang mana hal tersebut yang akan dipentaskan nantinya ke depan masyarakat. Teater tidak hanya menyenangkan bagi pelakunya, karena orang yang menonton teater pun akan mendapatkan hiburan yang jarang mereka dapatkan dari kesenian lainnya. Para penonton dapat ikut dalam emosi-emosi yang dihadirkan oleh aktor di atas pentas, sehingga seorang yang menonton teater bisa tertawa terbahak-bahak jika adegan yang dihadirkan berupa cerita komedi dan bahkan bisa menangis tersedu jika ceritanya ber genre tragedy. Dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa teater itu sangat menyenangkan, baik untuk orang yang menggarapnya maupun bagi mereka yang menikmatinya.

Kenapa orgen tunggal bisa unggul dari randai di padang lawas?



         
         Orgen tunggal merupakan sebuah kesenian musik modern yang biasanya digunakan untuk mengisi pesta-pesta yang diadakan oleh masyarakat, seperti pesta pernikahan, sunatan dan sebagainya. Sedangkan randai adalah suatu bentuk teater tradisional yang juga biasanya digunakan untuk mengisi acara- acara pesta maupun acara adat. Akan tetapi, pada zaman sekarang ini kesenian randai kalah kelas dari pertunjukan orgen tunggal, setiap pesta yang diadakan umumnya masyarakat lebih memilih orgen tunggal daripada randai, di padang lawas contohnya.
          Pada tahun 90 an, masyarakat padang lawas sangat menyukai randai. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan setiap pesta yang diadakan oleh masyarakat di iringi oleh pertunjukan randai dan saluang kampuang pada masa itu. Akan tetapi, kalau kita perhatikan pada masa sekarang, setiap pesta malah menghadirkan musik seperti orgen tunggal. Usut demi usut ternyata masyarakat di sana sudah menganggap kalau randai sudah tidak menarik lagi dan dianggap sudah ketinggalan zaman, orgen tunggal dianggap solusi jitu untuk menggantikan randai. Mereka menganggap kalau orgen tunggal sangat menghibur dan berkesan modern sehingga tidaklah aneh kalau setiap pesta ada orgen tunggalnya. Tak lupa, mereka juga beranggapan kalau orgen tunggal itu bisa dinikmati oleh semua usia. Akan tetapi, setelah dilihat ternyata orgen tunggal tidak bisa dinikmati oleh anak-anak. Hal itu diakibatkan oleh pakaian yang digunakan oleh penyanyi pada malam hari sungguh sangat “terbuka” sehingga bisa menimbulkan nafsu bagi laki-laki, karena hal tersebut jugalah sering terjadinya tawuran antar masyarakat karena berebut ingin goyang bareng di atas pentas.

Kecamatan mungka dan guguk hampir “buta” terhadap teater


   

          Teater adalah sebuah seni yang didalamnya mencakup berbagai macam ilmu yang bermanfaat bagi orang yang menontonnya. Di dalam teater berisi banyak ilmu dan pesan-pesan positif yang bisa diambil. Seperti ilmu agama. Filsafat, budi pekerti, dan masih banyak yang lainnya.Akan tetapi, pada zaman sekarang ini keberadaan teater sangat minim sekali, seperti di kecamatan guguk dan kecamatan mungka kabupaten lima puluh kota. Di sini masyarakat sudah tidak mengetahui lagi apa itu teater, karena pada daerah tersebut sudah tidak ada lagi menampilkan pertunjukan maupun pengetahuan tentang teater karena teater kalah pamor dengan pertunjukan musik.
          “Punahnya”keberadaan teater di sini diakibatkan oleh minimnya perhatian masyarakat juga pemerintah terhadapnya. Pendidikan teater tidak diajarkan lagi disekolah-sekolah sehingga para siswa “buta” terhadap teater. pada umumnya kesenian yang diajarkan di sekolah-sekolah berupa seni musik, seni tari dan seni lukis. Dan untuk program ekstrakurikuler, sekolah juga tidak menyediakan tempat untuk teater. Hal tersebut sungguh sangat disayangkan, jika di sekolah saja teater tidak diajarkan maka sudah wajarlah kalau masyarakat di sana juga tidak mengetahuinya. 

Latihan randai sabai nan aluih



       
          Membuat pertunjukan randai tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu latihan dan kerja keras untuk menjalankannya. Hal tersebutlah yang terlihat pada selasa malam (5/11) di teater arena isi padang panjang. Meskipun cuaca sangat tidak mengizinkan, akan tetapi hampir seluruh mahasiswa mengikuti sesi latihan randai yang adakan. Latihan yang dipimpin langsung oleh bapak Wen hendri selaku dosen mata kuliah ini berlangsung cukup lama, yang dimulai dari jam 20.00 – 23.00. Hal tersebut memang berubah dari jadwal semula yang hanya memakan waktu dua jam. Perubahan jadwal ini dilakukan untuk mengevaluasi semua gerak yang dilakukan oleh legaran. Semua gerak legaran terpaksa diubah oleh bapak wen, karena sangat melenceng dari konsep semula yang diajukan.
          Konsep awal yang diajukan berbentuk randai kontemporer, akan tetapi setelah dilakukan latihan semuanya berubah total menjadi randai tradisi. Melihat hal itu pak wen selaku dosen mata kuliah menyuruh merubah semua gerak karena tujuan dari mata kuliah tersebut adalah menghasilkan teater rakyat yang tidak mengusung konsep tradisi. Pada awalnya semua mahasiswa memang ingin menghadirkan suatu teater rakyat yang di dalamnya terdapat perpaduan antara randai kontemporer, tupai janjang, dan celoteh lapau. Akan tetapi semua itu urung dilaksanakan, selain karena banyaknya mahasiswa yang malas latihan hal tersebut terpaksa diubah karena banyaknya acara kampus lain yang mengharuskan latihan ditiadakan. Dengan semakin sedikitnya waktu sebelum ujian, maka dosen terpaksa mengevaluasi semua latihan dari mahasiswa. Pada awal latihan tetap memakai konsep lama, yakni randai, celoteh lapau, tupai janjang akan tetapi setelah sampai pada pertengahan langsung dihentikan oleh dosen, dan dosen menyuruh untuk mengevaluasi semuanya. Setelah mendapatkan arahan dan bimbingan dari pak wen, akhirnya latihan yang dilakukan oleh mahasiswa mengusung konsep baru.