Apa naskah yang pertama kali anda
mainkan?
Naskah
ayahku pulang
Siapa sutradaranya?
Angga
pratanata
Bagaimana kesan anda ketika pertama
kali bermain teater?
Saya
merasa sangat gugup, cemas, grogi dan jantung saya merasa dag dig dug, tubuh
saya merasa dingin dan setiap saat sebelum pertunjukan ke wc dlu untuk buang
air kecil.
Anda bilang anda takut pertama kali
bermain teater, kenapa?
karena
saya baru pertama itu mengenal teater dan mencoba bermain teater yang bergentre
realis, sebenarnya saya dulu pernah bermain teater ketika sma, tapi Cuma
sebatas tau kalau yang saya mainkan itu drama.
Apa tokoh yang anda mainkan di naskah
ayahku pulang tersebut?
Menjadi
tokoh maimun, yaitu seorang anak laki-laki yang baru tamat sekolah, sudah
mempunyai pekerjaan, kira-kira berumur 21 tahun.
Anda bilang baru pertama kali bermain
realisme, memang nya udah berapa genre teater yang sudah anda mainkan?
3
genre
Genre apa saja itu ?
Realisme,
surealisme, absurd
Naskah surealisme apa yang anda
mainkan?
Naskah
petang di taman, karya iwan simatupang. Naskah ini saya perankan ketika ujian
pemeranan teater presentasi 2
Bagaimana kesan anda bermain dalam
naskah surealisme?
Saya
baru pertama kali memainkan naskah yang bergenre ini, di naskah tersebut banyak
mengandung symbol-simbol yang membuat saya tidak mengerti sehingga penampilan
saya waktu itu kurang maksimal dan juga saya sudah terbiasa dengan naskah
realisme.
Apakah bermain surealisme membuat anda
terbebani?
Pertama
kali saya merasakan, saya sangat terbebani karena saya lebih terbiasa bermain
dalam naskah yang bergenre realisme. Beban yang rasakan yaitu kurangnya
pemahaman terhadap symbol, dan waktu itu saya dan kelompok ujian saya harus
menggunakan metode akting bertol brecht. Hal tersebutlah yang mebuat saya agak
canggung bermain naskah surealis, dan dengan proses latihan yang kurang dari 2
bulan membuat semuanya tidak maksimal.
Apa asyiknya bermain surealis menurut
anda?
Karena
dalam naskah surealis kaya akan symbol symbol, tidak seperti realisme yang haru
menghadirkan semuanya dalam keadaan utuh, seperti setting yang harus di bentuk
secara utuh.
Apa ada lagi naskah surealis lain yang
anda mainkan?
Belum
Apa anda berencana untuk bermain dalam
naskah surealis lagi ?
Hmmmm,
rencana saya mau karena saya ingin melatih keaktoran saya. Pokoknya saya
berencana mencoba setiap genre naskah yang ada
Hmmm anda lebih suka realisme atau
surealisme??
Saya
lebih suka realisme
Kenapa demikian, bukankah kata orang
realisme itu susah?
Karena
ketika pertama bermain teater, saya sudah sudah di suguhkan naskah realis dan
itu membuat saya sangat terbiasa dan terkesan.
Sudah berapa banyak naskah realis yang
anda mainkan ?
5
naskah
Wow, naskah apa-apa saja itu ?
Ayahku
pulang, penggali intan, orang kasar, fajar shidiq, senja dengan dua kematian.
Dari kelima naskah tersebut, naskah
mana yang paling anda sukai?
Naskah
ayahku pulang
Kenapa demikian ?
Karena
di naskah tersebut saya lebih merasakan memasuki karakter tokoh dalam naskah
tersebut, dan di naskah itu pula saya banyak mendapat tepuk tangan dari
penonton.
Ada yang paling di sukai tentu ada
pula yang tidak di sukai. Naskah mana yang tidak anda sukai?
Sebenarnya
bukannya saya tidak suka, tetapi saya kurang menjiwai peran dalam naskah
penggali intan, senja dengan dua kematian.
Selain genre realis dan surealis, anda
tadi menyebut naskah absurd. Udah berapa kali anda bermain dalam naskah absurd?
Baru
pertama kali
Saya menonton pertunjukan anda, apa
kesan anda bermain dalam naskah bahtera tersebut?
Setelah
bermain dalam naskah itu, saya kurang merasa puas karena sebenarnya sutradara
membuat konsep tentang kebudayaan aceh, dan ituyang membuat saya sedikit
terbebani, sebenarnya itu juga salah saya sebagai aktor, karena kurang
“mencari” atau meneliti tentang kebudayaan aceh, tapi di sisi lain saya merasa sangat
senang sekali karena seluruh penonton memberi apresiasi yang membuat saya
terkejut setelah pementasan tersebut.
Dari segi keaktoran, anda memerankan
tokoh yang berumur 200 tahun, apakah anda terbebani?
Jujur,
ini baru pertama kali saya memerankan tokoh kakek yang berumur 200 tahun. Yang
saya rasakan pertama kali latihan, saya selalu salah dan baru pertama kali juga
saya membungkukkan badan dan merubah suara menjadi orang yang sangat tua.
Sebagai penonton, saya puas melihat
pertunjukan anda. Tapi ketika anda berdendang sambil memukul rafa’I, saya
melihat anda lepas control. Apakah itu adalah konsep dari sutradaranya?
Sudah
jelas itu bukan konsep sutradara, sebenarnya itu kesalahan saya karena telah
lepas control. Pembelaan yang saya ajukan: yang pertama saya harus berdendang
dengan suara tua menyanyikan lirik aceh yang saya kurang pasif, yang kedua
yaitu dimana saya harus membungkukkan badan sambil memukul rafa’I yang sangat
berat dan itulah yang mebuat saya letih dimana keringat saya bercucuran dan pinggang
saya terasa amat sakit ketika itu. Dan ketiga, proses latihan sangat minim yang
hnaya mempunyai waktu kurang dari 2 bulan, dan dalam waktu yang singkat itu ada
juga kendala seperti aktor sakit sehingga latihan diliburkan selama kurang
lebih dua minggu.
Melihat penonton yang begitu antusias,
apakah anda merasa senang?
Sudah
jelas saya merasa sangat gembira dan bangga.
Apakah anda merasa cemas ketika mau
mementaskan naskah bahtera tersebut?
Sudah
sangat jelas saya merasa cemas.
Kenapa bisa demikian?
Karena
jujur sebelum saya mentas, saya sedikit pasrah. Apakah pertunjuikan berjalan
sukses atau tidak karena saya belum terlalu lancer menghafal naskah bagian
akhir. Dan di saat make up, saya masih sempat menghafal naskah bagian akhir.
Dan satu lagi kecemasan saya saat itu ialah takut mengecewakan sutradara yang
notabene nya dosen saya sendiri.
Apakah dari sekian banyak naskah yang
anda mainkan, apakah naskah bahtera ini yang paling banyak penontonnya?
Iya,
tapi hampir sama banyak penontonnya dengan naskah ayahku pulang.
Apakah naskah bahtera tersebut
berencana di pentaskan kembali?
Saya
sebagai aktor belum mengetahui secara pasti, namun saat diskusi berlangsung
sutradaranya mengatakan pementasan ini tidak hanya sampai di sini.
Berarti ada kemungkinan naskah ini di
pentaskan, bagaimana menurut anda?
Ya,
saya sebagai aktor berharap demikian. Tetapi saya harus latihan lebih keras
lagi dan mendalami budaya aceh seperti konsep yang telah dibuat sutradara.
O ya, lawan main anda dalam naskah
tersebut adalah dosen juga, apakah anda merasa agak canggung apalagi ada adegan
berpelukan?
Jelas
sekali saya merasa agak canggung, tapi akhirnya saya mulai terbiasa dengan
tuntutan peran yang ditujukan kepada saya oleh sutradara. Saat pertama kali
proses latihan dan sutradara menyuruh beradegan pelukan, saya sudah terlebih
dahulu gemetar dan kaku.
Selain naskah realis, surealis,
absurd. Apakah anda pernah bermain dalam naskah bergenre lain ?
Ya
pernah
Naskah bergenre apakah itu ?
Naskah
klasik, yaitu naskah Oedipus at colonus karya shopocles meskipun hanya dalam
beberapa penggalan naskah (fragmen)
Oedipus,
wow naskah yang melegenda. Tokoh apa yang anda perankan waktu itu ?
Saya
memerankan tokoh Oedipus.
Apakah susah bermain naskah klasik
seperti itu?, karena saya tau naskah klasik tersebut sangat puitis.
Saya
merasa enjoy, walaupun pertama kali saya bermain dalam naskah klasik.
Dari sekian banyak genre naskah yang
anda mainkan, yang mana paling anda sukai?
Tetap
realisme
Kalau dalam naskah tradisi, seperti
randai. Apakah anda pernah memerankan suatu tokoh?
Belum,
saya baru sebatas menjadi legaran.
Dari segi aktor anda bisa di bilang
sudah ok. Apakah anda tidak berniat untuk menggarap atau menjadi sutradara?
Ya
, saya berencana untuk mencoba menggarap dalam waktu dekat.
Naskah genre apa yang akan anda garap?
Kalau
itu yang di tanyakan, saya pasti jawab realisme
Sepertinya anda sangat” mengagungkan”
realisme. Kenapa anda menganggap realisme itu sangat special?
Karena
dalam realis tersebut hampir mirip dengan kenyataan.
Apa
judul naskah yang ingin anda garap tersebut?
Naskah
orang kasar karya Anton P Chekov.
Satu lagi pertanyaan, bagaimana
menurut anda perkembangan teater di ISI Padang Panjang sendiri?
Saya
melihat perkembangannya cukup baik, dan semoga lebih baik lagi kedepannya.
Oke hanafi, aku kira sudah cukup. Terima kasih
atas waktu yang telah di berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar