Senin, 02 Desember 2013

Wawancara dengan Hanafi : Aktor teater yang sudah mencoba memerankan beberapa genre naskah


       
     Berbicara teater, tentu tidak dapat dipisahkan dari aktor, sutradara dan naskah. Dengan banyaknya genre naskah yang “dilahirkan” dalam dunia teater, maka seorang aktor di tuntut keahlian dan kejeliannya dalam bermain teater. seorang aktor yang baik, pasti akan mampu memerankan tokoh dalam setiap naskah yang di mainkan baik itu bergenre realisme, surealis, absurd, dan lain-lain. Akan tetapi sudah tentu metode akting dari setiap genre naskah tersebut berbeda. Di sinilah aktor harus mampu menunjukkan kualitasnya, ada aktor yang mampu bermain bagus dalam setiap genre dan ada pula aktor yang “terjebak” dalam suatu  genre saja. Misalnya: seorang aktor yang bermain dalam naskah absurd sangat baik, akan tetapi ketika beradegan di dalam naskah realisme, dia tetap saja menggunakan metode akting yang sama dengan absurd. Hal itulah yang coba kita tanyakan kepada Hanafi, seorang aktor yang telah mencoba bermain dalam beberapa genre naskah.

Apa naskah yang pertama kali anda mainkan?
Naskah ayahku pulang
Siapa sutradaranya?
Angga pratanata
Bagaimana kesan anda ketika pertama kali bermain teater?
Saya merasa sangat gugup, cemas, grogi dan jantung saya merasa dag dig dug, tubuh saya merasa dingin dan setiap saat sebelum pertunjukan ke wc dlu untuk buang air kecil.
Anda bilang anda takut pertama kali bermain teater, kenapa?
karena saya baru pertama itu mengenal teater dan mencoba bermain teater yang bergentre realis, sebenarnya saya dulu pernah bermain teater ketika sma, tapi Cuma sebatas tau kalau yang saya mainkan itu drama.
Apa tokoh yang anda mainkan di naskah ayahku pulang tersebut?
Menjadi tokoh maimun, yaitu seorang anak laki-laki yang baru tamat sekolah, sudah mempunyai pekerjaan, kira-kira berumur 21 tahun.
Anda bilang baru pertama kali bermain realisme, memang nya udah berapa genre teater yang sudah anda  mainkan?
3 genre
Genre apa saja itu ?
Realisme, surealisme, absurd
Naskah surealisme apa yang anda mainkan?
Naskah petang di taman, karya iwan simatupang. Naskah ini saya perankan ketika ujian pemeranan teater presentasi 2
Bagaimana kesan anda bermain dalam naskah surealisme?
Saya baru pertama kali memainkan naskah yang bergenre ini, di naskah tersebut banyak mengandung symbol-simbol yang membuat saya tidak mengerti sehingga penampilan saya waktu itu kurang maksimal dan juga saya sudah terbiasa dengan naskah realisme.
Apakah bermain surealisme membuat anda terbebani?
Pertama kali saya merasakan, saya sangat terbebani karena saya lebih terbiasa bermain dalam naskah yang bergenre realisme. Beban yang rasakan yaitu kurangnya pemahaman terhadap symbol, dan waktu itu saya dan kelompok ujian saya harus menggunakan metode akting bertol brecht. Hal tersebutlah yang mebuat saya agak canggung bermain naskah surealis, dan dengan proses latihan yang kurang dari 2 bulan  membuat semuanya tidak maksimal.
Apa asyiknya bermain surealis menurut anda?
Karena dalam naskah surealis kaya akan symbol symbol, tidak seperti realisme yang haru menghadirkan semuanya dalam keadaan utuh, seperti setting yang harus di bentuk secara utuh.
Apa ada lagi naskah surealis lain yang anda mainkan?
Belum
Apa anda berencana untuk bermain dalam naskah surealis lagi ?
Hmmmm, rencana saya mau karena saya ingin melatih keaktoran saya. Pokoknya saya berencana mencoba setiap genre naskah yang ada
Hmmm anda lebih suka realisme atau surealisme??
Saya lebih suka realisme
Kenapa demikian, bukankah kata orang realisme itu susah?
Karena ketika pertama bermain teater, saya sudah sudah di suguhkan naskah realis dan itu membuat saya sangat terbiasa dan terkesan.
Sudah berapa banyak naskah realis yang anda mainkan ?
5 naskah
Wow, naskah apa-apa saja itu ?
Ayahku pulang, penggali intan, orang kasar, fajar shidiq, senja dengan dua kematian.
Dari kelima naskah tersebut, naskah mana yang paling anda sukai?
Naskah ayahku pulang
Kenapa demikian ?
Karena di naskah tersebut saya lebih merasakan memasuki karakter tokoh dalam naskah tersebut, dan di naskah itu pula saya banyak mendapat tepuk tangan dari penonton.
Ada yang paling di sukai tentu ada pula yang tidak di sukai. Naskah mana yang tidak anda sukai?
Sebenarnya bukannya saya tidak suka, tetapi saya kurang menjiwai peran dalam naskah penggali intan, senja dengan dua kematian.
Selain genre realis dan surealis, anda tadi menyebut naskah absurd. Udah berapa kali anda bermain dalam naskah absurd?
Baru pertama kali
Saya menonton pertunjukan anda, apa kesan anda bermain dalam naskah bahtera tersebut?
Setelah bermain dalam naskah itu, saya kurang merasa puas karena sebenarnya sutradara membuat konsep tentang kebudayaan aceh, dan ituyang membuat saya sedikit terbebani, sebenarnya itu juga salah saya sebagai aktor, karena kurang “mencari” atau meneliti tentang kebudayaan aceh, tapi di sisi lain saya merasa sangat senang sekali karena seluruh penonton memberi apresiasi yang membuat saya terkejut setelah pementasan tersebut.
Dari segi keaktoran, anda memerankan tokoh yang berumur 200 tahun, apakah anda terbebani?
Jujur, ini baru pertama kali saya memerankan tokoh kakek yang berumur 200 tahun. Yang saya rasakan pertama kali latihan, saya selalu salah dan baru pertama kali juga saya membungkukkan badan dan merubah suara menjadi orang yang sangat tua.
Sebagai penonton, saya puas melihat pertunjukan anda. Tapi ketika anda berdendang sambil memukul rafa’I, saya melihat anda lepas control. Apakah itu adalah konsep dari sutradaranya?
Sudah jelas itu bukan konsep sutradara, sebenarnya itu kesalahan saya karena telah lepas control. Pembelaan yang saya ajukan: yang pertama saya harus berdendang dengan suara tua menyanyikan lirik aceh yang saya kurang pasif, yang kedua yaitu dimana saya harus membungkukkan badan sambil memukul rafa’I yang sangat berat dan itulah yang mebuat saya letih dimana keringat saya bercucuran dan pinggang saya terasa amat sakit ketika itu. Dan ketiga, proses latihan sangat minim yang hnaya mempunyai waktu kurang dari 2 bulan, dan dalam waktu yang singkat itu ada juga kendala seperti aktor sakit sehingga latihan diliburkan selama kurang lebih dua minggu.
Melihat penonton yang begitu antusias, apakah anda merasa senang?
Sudah jelas saya merasa sangat gembira dan bangga.
Apakah anda merasa cemas ketika mau mementaskan naskah bahtera tersebut?
Sudah sangat jelas saya merasa cemas.
Kenapa bisa demikian?
Karena jujur sebelum saya mentas, saya sedikit pasrah. Apakah pertunjuikan berjalan sukses atau tidak karena saya belum terlalu lancer menghafal naskah bagian akhir. Dan di saat make up, saya masih sempat menghafal naskah bagian akhir. Dan satu lagi kecemasan saya saat itu ialah takut mengecewakan sutradara yang notabene nya dosen saya sendiri.
Apakah dari sekian banyak naskah yang anda mainkan, apakah naskah bahtera ini yang paling banyak penontonnya?
Iya, tapi hampir sama banyak penontonnya dengan naskah ayahku pulang.
Apakah naskah bahtera tersebut berencana di pentaskan kembali?
Saya sebagai aktor belum mengetahui secara pasti, namun saat diskusi berlangsung sutradaranya mengatakan pementasan ini tidak hanya sampai di sini.
Berarti ada kemungkinan naskah ini di pentaskan, bagaimana menurut anda?
Ya, saya sebagai aktor berharap demikian. Tetapi saya harus latihan lebih keras lagi dan mendalami budaya aceh seperti konsep yang telah dibuat sutradara.
O ya, lawan main anda dalam naskah tersebut adalah dosen juga, apakah anda merasa agak canggung apalagi ada adegan berpelukan?
Jelas sekali saya merasa agak canggung, tapi akhirnya saya mulai terbiasa dengan tuntutan peran yang ditujukan kepada saya oleh sutradara. Saat pertama kali proses latihan dan sutradara menyuruh beradegan pelukan, saya sudah terlebih dahulu gemetar dan kaku.
Selain naskah realis, surealis, absurd. Apakah anda pernah bermain dalam naskah bergenre lain ?
Ya pernah
Naskah bergenre apakah itu ?
Naskah klasik, yaitu naskah Oedipus at colonus karya shopocles meskipun hanya dalam beberapa penggalan naskah (fragmen)
 Oedipus, wow naskah yang melegenda. Tokoh apa yang anda perankan waktu itu ?
Saya memerankan tokoh Oedipus.
Apakah susah bermain naskah klasik seperti itu?, karena saya tau naskah klasik tersebut sangat puitis.
Saya merasa enjoy, walaupun pertama kali saya bermain dalam naskah klasik.
Dari sekian banyak genre naskah yang anda mainkan, yang mana paling anda sukai?
Tetap realisme
Kalau dalam naskah tradisi, seperti randai. Apakah anda pernah memerankan suatu tokoh?
Belum, saya baru sebatas menjadi legaran.
Dari segi aktor anda bisa di bilang sudah ok. Apakah anda tidak berniat untuk menggarap atau menjadi sutradara?
Ya , saya berencana untuk mencoba menggarap dalam waktu dekat.
Naskah genre apa yang akan anda garap?
Kalau itu yang di tanyakan, saya pasti jawab realisme
Sepertinya anda sangat” mengagungkan” realisme. Kenapa anda menganggap realisme itu sangat special?
Karena dalam realis tersebut hampir mirip dengan kenyataan.
 Apa judul naskah yang ingin anda garap tersebut?
Naskah orang kasar karya Anton P Chekov.
Satu lagi pertanyaan, bagaimana menurut anda perkembangan teater di ISI Padang Panjang sendiri?
Saya melihat perkembangannya cukup baik, dan semoga lebih baik lagi kedepannya.

 Oke hanafi, aku kira sudah cukup. Terima kasih atas waktu yang telah di berikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar