Selasa, 24 Desember 2013

Pantomime: seni “bisu” yang menghibur


         
Akhir-akhir ini di ISI padang panjang banyak menghadirkan pertunjukan pantomime. Hal itu tentu tidak biasa, mengingat pada tahun –tahun sebelumnya pertunjukan seperti itu sangat jarang terjadi. Banyaknya pertunjukan-pertunjukan yang menggunakan tubuh sebagai media utamanya ini, tidak lain dan tidak bukan disebabkan makin banyaknya orang yang tertarik terhadap kesenian ini, dalam hal ini dapat kita arahkan kepada mahasiswa baru jurusan teater di ISI padang panjang. Para mahasiswa baru seakan telah berlomba-lomba menghadirkan pertunjukan pantomime , dengan bantuan senior mereka mampu menghadirkan pertunjukan yang sangat menghibur.
          Pantomime adalah suatu bentuk seni yang menggabungkan unsur musik, kelenturan tubuh dan ekspresi mimik dengan kadar yang sama kuatnya yang diolah menjadi satu kesatuan yang saling menunjang sehingga menghasilkan suatu cerita yang dapat dipahami oleh penontonnya. Atau definisi lainnya adalah bahwa Pantomime adalah suatu seni untuk menciptakan kembali dunia dengan gerak dan posisi tubuh. Pantomime mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada , seorang  pemain pantomime akan bermain dengan dirinya sendiri dan disekitarnya tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa kecuali penonton dan ia harus membuat penonton “melihat” apa yang tidak terlihat dipanggung. Istilah pantomime sendiri berasal dari bahasa Yunani yang artinya serba isyarat. Berarti secara etimologis, pertunjukan pantomime yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal. Pertunjukan itu bahkan bisa sepenuhnya tanpa suara apa-apa. Jelasnya, pantomime adalah pertunjukan bisu.
          Unsur-unsur pembentuk sebuah cerita dalam Pantomime adalah:
- Mimik : Seorang pemain pantomime sangat mengandalkan ekspresi mimik dalam menerangkan suatu keadaan seperti sedih, marah, kecewa, gembira, bingung ,dll.
- Gerak : Gerak tubuh bertugas menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, seperti memegang gelas, memegang pisau, memegang kaca, berjalan, berlari, naik tangga, dll.
- Musik : Musik dalam hal ini sangat mendukung guna menciptakan atmosfer situasi yang terjadi sehingga penonton juga dapat larut dalam situasi itu seperti situasi seram, situasi bahagia, situasi sedih, dll. Karena berkait dengan musik maka seorang pemain pantomime juga harus mampu menguasai tempo dalam sebuah irama sehingga ia dapat menyesuaikan gerak tubuhnya dengan tempo lagu/irama yang saat itu terdengar. Hal ini sangat penting agar penonton tidak merasakan kejanggalan karena apa yang dilihat tidak sesuai dengan apa yang didengar. Contohnya, musik dalam keadaan sedih mungkin dipilih yang temponya pelan, dalam keadaan tergesa-gesa mungkin temponya cepat, dll.
          Pertunjukan pantomime di indonesia, khususnya sumatera barat bisa dikatakan sudah sangat langka. Hal itu dibuktikan dari masih banyaknya masyarakat tidak tahu terhadap kesenian ini. Seperti yang dikatakan Ade Rizki, ketua osis SMAN 1 Sungai tarab. “ di sekolah ini ada banyak sekali seni, ada seni tari, musik, lukis, seni drama, tapi kalau pantomime itu baru pertama ini mendengarnya kak.”
          Senada dengan Ade, siswa lain yang ada di sana juga mengatakan hal yang serupa “ tidak tahu, tahunya seni drama sama seni musik”. Ujar yogi di sela-sela acara pentas seni (PENSI) di sekolah itu.
          Banyaknya pementasan pantomime di ISI padang panjang, seperti telah mendatangkan “angin segar” bagi masyarakat yang mencintai dunia hiburan. Bangaimana tidak, di minangkabau sendiri kesenian yang paling “diagungkan” adalah kesenian musik modern seperti konser band atau bahkan orgen tunggal. Hal itu memang sangat beralasan melihat fenomena hiburan yang ada di Sumbar didominasi pentas musik sehingga berdampak banyaknya masyarakat tidak tahu terhadap kesenian lain seperti seni pantomime. Pementasan-pementasan pantomime yang dilakukan mahasiswa isi padang panjang diharapkan mampu mengundang minat masyarakat terhadap kesenian ini.
          Untuk pengembangan seni pantomime lebih lanjut, seharusnya pantomime dimasukkan dalam bahan ajar di sekolah-sekolah karena sangat bermanfaat. “Mungkin pantomim bisa saja menjadi salah satu pelajaran di sekolah. Mengapa? Karena pantomim sendiri mengajarkan tentang tubuh, sikap (attitude), etika, serta kejiwaan, juga daya imajinasi dan kreatifitas kita. Apalagi di sekolah, biar anak-anak sekolah nggak ada yang tawuran lagi—kalo mau tawuran juga cukup berimajinasi saja. Tapi betul lho, dari pantomim kita bisa mengenal tubuh kita sendiri, asal usul tubuh kita, sikap disiplin tubuh, dan sopan santun kita, karena pantomim itu asyik dan menceriakan. Apalagi untuk anak-anak sekolah.” Ujar Hanafi, mahasiswa teater ISI padang panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar