Senin, 02 Desember 2013

Pentingnya pelajaran seni khususnya seni teater bagi perkembangan budaya bangsa


Abstrak: Teater adalah suatu kesenian yang di mainkan bersama-sama dengan cara ber akting di atas pentas, cerita yang di angkat dalam Teater sangat beragam di antaranya; kebudayaan suatu masyarakat. Dengan cerita yang berkaitan dengan kebudayaan, secara tidak langsung Teater memberi indikasi penghormatan kepada budaya tersebut. Memberi Pelajaran terhadap teater kepada siswa di sekolah-sekolah berarti telah membantu melestarikan budaya yang ada di bangsa ini.
                   Kata kunci: Teater, budaya, siswa

Latar belakang
Indonesia merupakan suatu Negara yang kaya akan kebudayaan, antara satu daerah dengan daerah yang lain pasti memiliki budaya yang berbeda. Jelaslah, bahwa kebudayaan manusia bukanlah suatu hal yang hanya timbul sekali atau yang bersifat sederhana. Tiap masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan masyarakat lain dan kebudayaan itu merupakan suatu kumpulan yang berintegrasi dari cara-cara berlaku yang dimiliki bersama dan kebudayaan yang bersangkutan secara unik mencapai penyesuaian kepada lingkungan tertentu.[1]  Dengan banyaknya budaya bangsa yang tersebar di tanah ibu pertiwi ini membuat kita bangga menjadi orang indonesia. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, serta kecendrungan masyarakat untuk menjadi manusia modern, kebudayaan yang telah mengakar sejak lama mulai dilupakan. Anak-anak muda lebih menyukai dan menikmati budaya yang datang dari barat, sehingga secara otomatis mereka akan menerapkannya dalam kehidupan, sehingga akan melahirkan budaya baru yang cenderung lebih mengarah kepada sifat negative karena sudah pasti budaya barat sangat berlawanan dengan budaya yang ada di indonesia. watak manusia menjadi tema yang memperoleh perhatian khusus karena dalam bentuk apapun watak ini selalu berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang mengelilinginya dan menghasilkan budaya.[2]
Berkurang bahkan menghilangnya pelajaran siswa terhadap seni di sekolah adalah sebab nyata kurangnya minat masyarakat terhadap kebudayaan bangsa sendiri. Para siswa lebih cenderung di ajarkan masalah budi pekerti, sehingga mereka kehilangan kepekaan terhadap seni. Seni budaya adalah cermin jatidiri bangsa, sehingga kalau masalah ini terabaikan akan melahirkan bar-bar yang tak berbudaya. Melalui pendidikan seni khususnya seni teater muatan pelajaran etika, norma, dan perilaku dapat di ajarkan sedini mungkin melalui siswa dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas.
Pelajaran tentang teater khususnya teater tradisional adalah tameng yang paling ideal untuk menyaring budaya yang akan masuk ke dalam masyarakat serta menjaga kelestarian budaya yang telah berkembang sejak lama dalam masyarakat tersebut. Hal itu terbukti nyata karena di dalam teater tradisional selalu mengangkat persoalan yang berkaitan budaya dan prilaku yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Akan tetapi semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena pada zaman sekarang ini, masyarakat mulai “buta”terhadap teater tradisional karena kesenian tersebut kalah bersaing dengan kesenian musik yang telah merajalela kemana-mana. Tidak adanya pelajaran tentang teater di sekolah-sekolah membuktikan kurangnya perhatian pemerintah terhadap teater, sehingga kesenian yang syarat akan budaya bangsa ini tidak mengalami kemajuan bahkan mengalami kemunduran yang signifikan.

Pembahasan
Seni teater adalah seni yang sudah berkembang sejak lama, baik di dunia maupun di indonesia sendiri. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya jenis teater yang bermunculan. Di indonesia sendiri secara garis besar terdapat dua jenis teater yaitu teater tradisional dan teater modern. Teater tradisional rakyat yang tumbuh dan berkembang di setiap wilayah di indonesia menunjukkan kalau masyarakat indonesia pada umumnya “dulu” menyukai kesenian teater, walaupun telah terjadi pergeseran fungsi, dari upacara keagamaan menjadi media hiburan bagi masyarakat. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, kesenian teater mulai ditinggalkan. Masyarakat khususnya anak muda menganggap kalau kesenian teater adalah suatu yang membosankan dan bahkan dianggap kuno oleh sebagian orang. Hal itu dapat dilihat dari perbandingan penonton teater dan penonton sebuah konser band. Jika sebuah pementasan teater “bergandengan” dengan sebuah pementasan grup band dalam satu wilayah, maka sudah dapat dipastikan kalau penonton konser akan jauh lebih banyak dari penonton sebuah garapan teater. Hal tersebut tentu sangat di sayangkan, karena dalam sebuah garapan teater terdapat banyak nilai-nilai, baik itu nilai sosial maupun nilai moral terkandung di dalamnya yang bisa di serap dan di pahami oleh masyarakat sehingga bisa membentuk mental dan martabat manusia yang menontonya, berbeda dengan pementasan sebuah konser musik yang hanya menghadirkan suatu hiburan.
          Semakin “tenggelamnya” kesenian teater dalam masyarakat, di akibatkan oleh kurangnya perhatian masyarakat terhadap kesenian itu sendiri, hal itu tentu berdampak negatif bagi perkembangan budaya yang ada pada wilayah tersebut. Ironinya, pemerintah juga seakan telah membantu “mengubur" kesenian teater dengan menghapuskan program seni khususnya teater dari kurikulum sekolah. Pemerintah lebih cenderung menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang mengarah pada pembentukan budi pekerti pada siswa sehingga hal tersebut berakibat jenuhnya siswa dalam belajar dan memahami kehidupan yang ada di masyarakatnya. Fenomena tawuran yang ada dimana-mana di indonesia  merupakan indikasi kuat contoh dari jenuhnya siswa terhadap pelajaran yang ada di sekolah. Dalam kasus ini, orang telah lupa kalau ada yang telah disingkirkan dari pelatihan psikologi anak, yaitu kurangnya kesempatan siswa dalam berkreatifitas di dalam seni khususnya seni teater. hilangnya kesempatan siswa dalam belajar seni secara umum akan membuat mereka kehilangan pengetahuan dalam membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, indah dan tidak indah sehingga akan menghasilkan generasi bangsa yang berbudaya kekerasan dan menghalalkan apa yang menurutnya benar tanpa memperhitungkan norma-norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Secara umum cabang-cabang seni yang memiliki norma tata aturan tertentu untuk mengarahkan ke suatu tujuan tertentu yang sifatnya mendidik. Untuk itulah diperlukan pelajaran terhadap seni yang bisa mendidik prilaku anak seperti seni teater. Apresiasi terhadap cipta seni sejak lama merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan yang berkenaan dengan pembinaan kepekarasaan seseorang terhadap fenomena estetik dan artistic.[3]
          Kesenian teater merupakan suatu cabang seni yang dapat membantu mendidik prilaku, karena di dalamnya terkandung banyak nilai-nilai didik. Dalam kesenian teater khususnya teater tradisional, menampilkan budaya-budaya yang ada pada masyarakat setempat sehingga dengan mengajarkan teater jenis ini kepada siswa, secara tidak langsung akan memberikan pemahaman terhadap budaya yang tumbuh dan berkembang di bangsa ini. Kehadiran budaya-budaya asing yang merambah ke relung-relung budaya tradisi sedikit banyak akan mempengaruhi pola prilaku masyarakat. Meskipun kenyataannya memperlihatkan bahwa pengaruh budaya asing itu tidak semuanya negative, namun ironisnya justru pengaruh yang negative yang di serap oleh masyarakat. Masyarakat khususnya anak muda lebih cenderung meniru pergaulan bebas, hura-hura, cara berpakaian aneh-aneh yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya bangsa kita.
          Dengan banyaknya budaya asing yang masuk ke indonesia, hendaknya pemerintah memasukkan pelajaran teater ke dalam kurikulum pembelajaran siswa baik untuk sekolah menengah umum( SMU), sekolah menengah pertama ( SMP) maupun sekolah dasar ( SD), karena seperti yang sudah di jelaskan di atas kalau di dalam sebuah seni teater khususnya teater tradisional mengandung nilai-nilai budaya bangsa yang berharga untuk dikembangkan. Sehingga dengan demikian budaya bangsa yang sudah ada sejak lama dapat “terselamatkan” dari derasnya arus perubahan zaman. Dengan berkesenian, seorang akan mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
          Permasalahan yang muncul saat ini adalah bagaiamana agar seni teater itu dapat menarik bagi masyarakat, sehingga pembelajaran terhadap kesenian tidak hanya di anggap enteng. Bagaimanapun juga nilai-nilai yang terkandung di dalam teater mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan masyarakat. Tantangan tersebut terkait dengan image orang tua yang menganggap remeh pelajaran seni khususnya seni teater.

Kesimpulan
          Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin mempermudah budaya barat masuk dan “menghancurkan” budaya bangsa yang ada di negeri ini. Meskipun kenyataannya budaya barat tersebut tidak sepenuhnya negative, akan tetapi masyarakat lebih cenderung mengakar kepada pengaruh yang negative  tersebut. Untuk itu perlu di lakukan suatu yang positive dalam menanggapinya, Di samping memberikan pelajaran moral kepada siswa di sekolah-sekolah, hendaknya juga di iringi dengan pemberian pelajaran seni khususnya seni teater. Karena di dalam seni teater  “mengajarkan” bagaimana cara melestarikan budaya masyarakat tersebut.  Penekanan pada moral bukan tak mengandung hal-hal yang problematic. Di satu pihak ia menjanjikan terciptanya masyarakat yang sesuai dengan ajaran, tetapi dipihak lain membawa pemeluk lupa kepada lingkungan hidup yang nyata.[4]
          Dunia itu adalah tempat pergerakan senantiasa, tempat kemajuan yang tidak berkeputusan. Yang baru itu mendapat tempatnya dengan menghancurkan dan menewaskan yang lama. Dunia itu medan perjuangan yang tidak berkeputusan antara dua aliran yang bertentangan.[5]  Sudah seharusnya masyarakat mengetahui, kalau budaya baru yang datang tersebut belum tentu lebih baik dari budaya mereka yang lama. Kita boleh mengambil hal-hal positif yang ada pada budaya barat tersebut, akan tetapi kita tetap harus berpijak kepada kepada budaya kita yang telah ada sejak lama. Dengan mengajarkan tentang teater di sekolah, hendaknya para siswa mengetahui tentang berharganya budaya yang ada di negeri ini, sehingga mereka tidak lagi beranggapan kalau budaya bangsa adalah suatu yang kuno dan ketinggalan zaman.
          Dengan bekal kemantapan, kecintaan terhadap budaya bangsa sendiri akan semakin mempertebal rasa optimis, bahwa sikap dan perilaku bangsa kita tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh budaya orang yang mengglobal. Dengan demikian, pendidikan seni khususnya seni teater yang di ajarkan di sekolah-sekolah dapat di jadikan media untuk pengembangan dan pelestarian budaya bangsa.



DAFTAR PUSTAKA
Ihromi, T,O. Antropologi budaya, Jakarta, Yayasan obor Indonesia, 1996.
hatta, mohammad. Alam pikiran yunani, Jakarta, tintamas, 1980.
Abdullah, taufik. Sejarah dan masyarakat, Jakarta, pustaka firdaus, 1987.
hassan, Fuad. Dimensi budaya dan pengembangan sumber daya manusia, Jakarta, balai pustaka, 1995.
dewey, john. Budaya dan kebebasan, Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1998,


[1] Ihromi, T,O. Antropologi budaya, Jakarta, Yayasan obor Indonesia, 1996, hal 32.
[2] dewey, john. Budaya dan kebebasan, Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1998, hal 14.
[3] hassan, Fuad. Dimensi budaya dan pengembangan sumber daya manusia, Jakarta, balai pustaka, 1995, hal 151.
[4] Abdullah, taufik. Sejarah dan masyarakat, Jakarta, pustaka firdaus, 1987, hal  17.
[5] hatta, mohammad. Alam pikiran yunani, Jakarta, tintamas, 1980, hal 16.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar