Tugas
seorang aktor di atas pentas adalah membawakan cerita dan dapat meyakinkan
penonton terhadap peran yang ia bawakan. Sebuah pertunjukan dapat di bilang
sukses, jika penonton yang menyaksikan pertunjukan tersebut dapat terhibur dan
teryakinkan dengan cerita. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan peran
yang dapat membuat penonton “terpukau” masuk kedalam emosi yang dihadirkan di panggung. Tentu
tidak semua peran dapat dilakukan dengan mudah, memerankan seorang kakek yang
sudah sangat tua tentulah sangat berat apalagi bagi orang yang baru pertama
kali memerankan tokoh seperti demikian.
Hal
itulah yang dirasakan oleh Hanafi, mahasiswa semester lima jurusan teater ISI
Padang Panjang dalam memerankan satu tokoh dalam naskah “Bahtera” karya Darminta soeryana.
Dalam naskah bergenre absurd ini, ia memerankan tokoh kakek yang sudah sangat
tua, berumur dua ratus tahun. Dilihat dari pementasan, garapan ini bisa
dibilang sangat sukses, karena mampu memberi rasa “puas”kepada penonton yang
hadir pada malam itu. Tidak hanya penonton, aktor yang memainkannya pun sangat
merasa puas. “ saya sangat senang malam ini, pertunjukan malam ini membuat saya
puas dan sangat senang melihat penonton yang hadir tidak henti-hentunya memberi
tepuk tangan kepada saya, amazing!! “ itulah ungkapan rasa puas yang dituturkan
oleh hanafi.
Meskipun
merasa sangat puas, ternyata ia merasakan beban yang berat memerankan tokoh
ini. Dia menjelaskan kalau memerankan tokoh orang tua sangat-sangat sulit,
membuat badan cepat capek dan tentunya menguras stamina. Dari segi fisikologi
(fisik), tentulah berperan “menjadi” orang tua membutuhkan kemampuan yang baik
dalam meniru segala sesuatu yang ada pada diri orang tua sesungguhnya, seperti
jalannya yang harus membungkuk dan pelan maupun dari segi vocal yang harus
identic dengan orang tua. Berjalan membungkuk dengan suara kakek-kakek tentu
membutuhkan konsentrasi yang lebih dalam bermain teater. Durasi pertunjukan
adalah tantangan lain dari seorang aktor, karena disinilah dituntut konsistensi
seorang aktor dalam memerankan suatu karakter. Di dalam naskah bahtera,
memerankan tokoh kakek berusia lanjut selama kurang lebih satu jam memang suatu
yang amat “mengerikan” bagi seorang aktor. Dari awal sampai akhir pementasan
harus terjebak di dalam karakter kakek-kakek dan tidak boleh lepas dari
karakter tersebut. Jika sampai lepas sedikit, maka sudah pasti emosi yang di
hadirkan akan berbeda. Masalah besar yang dihadapi aktor di ISI padang panjang
umumnya adalah konsistensi peran. Mereka yang mencoba memerankan tokoh yang
jauh berbeda dengan sifat asli dari dirinya selalu kesulitan jika memerankan
tokoh tersebut dalam durasi yang panjang. Karakter yang telah ia bangun sejak
awal terkadang bisa “lepas” ketika sampai pada bagian tengah dari cerita. Hal
tersebut dapat disebabkan karena sudah berkurangnya stamina dan pemahaman dari
aktor tersebut. Seperti yang terjadi pada Hanafi dalam pementasan naskah
“bahtera” tersebut.
Pementasan
Bahtera yang secara keseluruhan terlihat sangat sempurna, tetap saja memiliki
kelemahan dan kekurangan yang harus diperbaiki. Kelemahan yang dimaksud adalah
kurangnya konsistensi peran yang dibawakan oleh Hanafi. Dari awal pementasan,
ia sudah mencoba “mengiring” dan meyakinkan penonton kalau tokoh yang ia
perankan adalah seorang kakek-kakek yang sudah sangat tua. Pada bagian awal ini
semua berjalan sangat sempurna, akan tetapi ketika sampai pada bagian tengah
dari cerita, masalah konsistensi mulai “menampakkan” dirinya. Sekejap, ketika
Hanafi memukul rafa’i( sejenis alat musik pukul dari aceh), karakter asli
seperti suara dan jalan sehari-hari mulai “membunuh” karakter orang tua yang
telah ia bangun. Bagi orang-orang yang tidak mengerti akan teater akan
menganggap itu sebagai suatu yang biasa karena mereka hanya melihat dari segi
hiburan, sedangkan bagi orang yang sedikit banyak tau tentang teater akan
menganggapnya suatu kesalahan.
Setali
tiga uang, ternyata setelah pementasan hanafi juga mengakui “kekurangannya”. Ia
menjelaskan, kalau ia baru pertama kali memerankan tokoh seperti itu sehingga
merasa sedikit terbebani. Memerankan tokoh kakek-kakek sambil memukul rafa’I
yang berat membuat semua badan terasa letih. “ jujur, saya baru pertama kali
memerankan tokoh seperti ini, dan itu sangat membuat saya letih sehingga tadi saya
sedikit lepas control ketika memukul rafa’I yang berat itu.” Ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar