Indonesia
termasuk salah satu Negara yang mempunyai penduduk paling banyak di dunia, maka
tidaklah mengherankan jika di indonesia banyak sekali jenis hiburan yang di
tampilkan dan diperuntukkan bagi penikmatnya. Seni teater adalah salah satu
contoh seni yang cukup digemari oleh masyarakat. Penonton dari teater bisa dari
kalangan mana saja, baik itu kalangan bangsawan atau rakyat biasa, kaya atau
miskin, muda atau tua. Teater memang bisa di tonton oleh siapa saja, akan
tetapi tentu berbeda tujuan dan kebutuhan dari mereka semua dalam menonton
teater, mereka ada yang ingin menonton teater sekedar untuk menghilangkan rasa
jenuh dan letih sehingga menganggap teater sebagai salah satu pertunjukan yang
menghibur (penonton pasif), dan ada pula yang menonton teater untuk mencari dan
menangkap pesan-pesan yang di sampaikan melalui cerita, penonton seperti inilah
yang disebut penonton aktif. Dari sekian banyak penonton teater, biasanya orang
yang di golongkan sebagai penonton aktif adalah orang-orang yang sedikit-banyak
mengerti tentang teater. Mereka bisa mencerna dan mendefinisikan pesan-pesan
yang disampaikan oleh para aktor meskipun pesan tersebut hanya di sampaikan
melalui bahasa isyarat.
Menonton suatu pertunjukan teater sangat menyenangkan, sama
halnya dengan menonton opera van java (OVJ) di televisi, menonton pertunjukan
ovj di televisi bisa membuat kita bertahan berjam-jam sambil tertawa walaupun
tak tahu apa yang sedang di tertawakan. Menonton pertunjukan yang bergenre
komedi memang mampu membius penonton sehingga mau menyaksikan pertunjukan dalam
durasi yang sangat lama sekalipun. Berbeda dengan menonton pertunjukan teater
yang menghadirkan genre tragedy cenderung lebih membuat penonton merasa bosan. Hal
itulah yang terlihat dari pertunjukan monolog “perempuan titik nol” di gedung
teater arena ISI Padang Panjang senin, (2/12).
Pertunjukan monolog yang syarat pesan sosial ini pada awal
pementasan sangat ramai di tonton. Hal itu membuktikan kalau masyarakat dalam
hal ini mahasiswa belum sepenuhnya berpaling dari kesenian teater. mereka yang
hadir di dalam gedung pertunjukan terlihat sangat antusias menyaksikannya.
Semua penonton Nampak hening dalam mengikuti jalannya cerita. Akan tetapi setelah pementasan berlangsung
selama empat puluh lima menit, penonton terlihat merasa bosan dengan bukti
banyaknya penonton yang keluar duluan sebelum pementasan berakhir. Hal tersebut
berbanding terbalik dengan pementasan hari-hari sebelumnya yang lebih cenderung
menampilkan konsep komedi. Pada waktu itu penonton rela duduk lama menyaksikan
pertunjukan sampai berakhir, bahkan ada yang terus bertepuk tangan dan diam di
tempat walaupun pementasan telah usai.
Hal itu menunjukkan masyarakat indonesia lebih menyukai
pertunjukan yang bergenre komedi karena lucu dan dapat membuat tertawa
terbahak-bahak, daripada pertunjukan tragedy yang mengharuskan penonton
menerima emosi “galau”. Panjangnya durasi pementasan, membuat orang yang
menonton akan merasa bosan dan sering meninggalkan gedung sebelum acara
pertunjukan tersebut berakhir. Seperti yang dikatakan oleh salah satu penonton.
“ pertunjukannya bagus tapi durasinya kepanjangan, bosan mending merokok dulu
sebentar di luar “.
Penonton lain yang
juga meninggalkan gedung sebelum pertunjukan berkahir juga mengatakan hal yang
serupa, “ pertunjukan tersebut sangat bagus, banyak pesan-pesannya. Tapi
setelah lama-lama saya merasa bosan, tidak ada lucunya ,hehee”.
Hal di atas menunjukkan kalau penonton yang berasal dari
ISI padang panjang umumnya lebih cenderung menyukai jenis pertunjukan yang
dapat mengundang tawa dan membawakan cerita ringan yang dapat ditangkap. Memang
setiap pertunjukan yang dipentaskan di ISI padang panjang hampir seluruhnya
yang ramai penonton, tapi mereka seolah hanya ingin “menonton” tanpa mengetahui
pesan-pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, mereka semua lebih cenderung
“kepada” garapan-garapan yang selalu menghadirkan “kebahagian” seperti dapat
membuat “terbahak-bahak”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar