Teater
merupakan sebuah bentuk “permainan” yang di lakukan di atas pentas dan
disaksikan oleh masyarakatnya( penonton). Cara memainkannya yaitu dengan cara
berakting menghadirkan suatu cerita yang telah ditetapkan dalam naskah dan di
manage oleh sutradara. Orang yang memainkan “permainan” tersebut disebut
sebagai seorang aktor/aktris. Seorang aktor/aktris dituntut kemahirannya dalam
berakting, karena suatu pertunjukan bisa dibilang bagus apabila aktor –aktornya
memiliki akting yang berkualitas, dengan kata lain aktorlah yang “menghidupkan”
suatu pertunjukan.
Seorang aktor dapat menampilkan akting yang berkualitas
jika dalam dirinya terdapat bakat yang mendukung terhadap teater, akan tetapi
seorang aktor yang tidak memiliki bakatpun dapat menampilkan akting yang
memuaskan jika dia mau bekerja keras menggali potensi diri dan melatihnya
dengan serius.
Seorang aktor pemula memang akan sedikit kesulitan jika
diberikan naskah yang sedikit “berat”untuk dimainkan akan tetapi jika dia mau
berlatih dengan keras, maka lama-kelamaan dia akan mampu memainkan naskah
apapun, Seperti yang terjadi di ISI Padang Panjang. Banyaknya jumlah mahasiswa
baru yang mengambil jurusan teater sebagai “tujuan” hidupnya, membuat banyaknya
lahir aktor-aktor dibidang teater. bermain teater memang tidak semudah bermain
kelereng atau pun bermain layang-layang. Dituntut keseriusan dan ketekunan
dalam menjalankannya. Bagi orang yang baru pertama kali bermain teater ada
banyak sekali “kekurangan” yang harus mereka latih dengan giat, seperti tidak
fasihnya membaca dialog, intonasi, emosi, tidak tau arah bloking, dll.
Tidak fasihnya membaca dialog tidak lain dan tidak bukan
disebabkan oleh belum pernah atau jarangnya mereka dalam membaca naskah teater.
membaca naskah teater tentu sangat berbeda dengan membaca buku biasa, di dalam
naskah teater seseorang dituntut kemahirannya dalam menetapkan intonasi,
memenggal dialog yang terlalu panjang dan mengucapkan dialog seperti orang yang
sedang berbicara kepada seseorang. Seperti yang diungkapkan Yono, mahasiswa
baru jurusan teater di sela-sela latihan naskah Badai sepanjang malam.
“ membaca naskah ini agak susak dikit daripada
baca buku bang, maklum mungkin baru pertama kali ini lihat naskah dan bermain
teater.”
Intonasi dalam mengucapkan dialog juga harus dijaga, agar
dialog yang diucapkan terasa tidak “dibuat-buat” dan dapat dimengerti oleh
lawan main maupun penonton. Aktor pemula nampaknya memiliki “masalah”terhadap
intonasi dialog.
Menghadirkan emosi yang pas dari naskah adalah suatu
tantangan tersendiri bagi seorang aktor, karena emosi-emosi inilah yang membuat
pertunjukan menjadi “berwarna” dan diminati oleh penonton. Seorang aktor pemula
seperti sulit memberi emosi kedalam dialog yang dimainkannya, sehingga dialog
yang dilanturkan seperti “Sekedar” membaca naskah dan belum menghidupkan
suasana.
“ ya bagi kami pemula ni memang sulit bang
menghadirkan emosi-emosinya, belum ada latihan dan observasi sebenarnya.” urai
yono.
Setelah selesai membaca dan menghafal naskah, maka tahap
berikutnya dari pembentukan teater adalah menentukan arah bloking atau gerak
aktor di atas pentas. Hal ini sebenarnya
memang pekerjaan bersama antara sutradara dan aktor, akan tetapi kalau aktor
yang sudah memiliki bakat terhadap teater, secara spontan dia akan menemukan
sendiri arah bloking yang pas untuknya.
Hal yang tidak kalah pentingnya dari penggarapan sebuah
teater adalah menemukan Chemistry atau kecocokan dengan lawan main. Karena hal
itu berdampak bagi psikologi pemain. Jika seorang aktor memiliki lawan main
yang tidak pas dengannya, maka akan sangat sulit menentukan kecocokannya
sehingga berimbas terhadap jalannya cerita yang mempunyai emosi yang “timpang”.
Akan tetapi, jika seorang aktor mendapat lawan main yang sudah “sehati”sama
dia, maka akan sangat mudah sekali menghadirkan emosi yang pas terhadap naskah
yang dimainkan.
Seorang aktor yang baik hendaknya mampu menggali
potensi-potensi “besar” yang ada pada dirinya. Dengan demikian, dia dapat
mengenalinya diri dan mengembangkannya kearah yang dia inginkan. Seorang aktor
pemula, memang diperlukan keseriusannya dalam hal latihan dan mencari “bentuk”
akting yang berkualitas agar setiap pementasan teater yang ia mainkan dapat
memberi kepuasan kepada siapa saja, baik untuk sutradara, untuk penonton yang
menontonnya dan terutama sekali kepuasan bagi dirinya sendiri.
Bagi
seorang aktor pemula ada banyak sekali yang dapat diperhatikan dalam bermain teater, yaitu : seorang aktor harus
memiliki disipilin yang tinggi, baik dalam latihan maupun dalam hal apapun yang
berhubungan dengan teater. Disiplinnya anak teater itu harus seperti bahkan
melebihi disiplin tentara. Tentara yang ditugaskan ke medan perang kalau tidak
punya disiplin yang tinggi bisa mati tertembak musuh. Selain itu bisa juga
membuat kacau strategi 'ganyang musuh' yang sudah dirembukin satu kompi. Begitu
juga dengan aktor. kalau aktor tidak punya disiplin yang tinggi, ketika akting
tidak bakalan bisa focus terhadap apa yang ia perankan.
Jadi kesimpulannya, seorang aktor adalah orang yang
“menggerakkan” cerita dan menyampaikan pesan-pesan kepada penonton yang
dilakukan dengan cara berakting. Agar pesan dan cerita yang di sampaikan
disukai oleh penonton, maka dibutuhkan akting yang berkualitas. Agar memperoleh
akting yang baik itu diperlukan kerja keras dalam menggali potensi diri yang
ada pada dirinya. Seorang aktor pemula dapat menjadi aktor besar nantinya jika
ia mau giat bekerja keras mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. tidak
usah “minder”dengan orang yang punya bakat terhadap teater, karena orang yang
tidak berbakat pun dapat bermain teater. Dan juga, banyak aktor besar teater,
yang awalnya bermula dari “nol”tapi karena kegigihannya dalam berlatih, dia
bisa menjadi seniman besar dalam hal berteater.