Selasa, 24 Desember 2013

"kekurangan" aktor pemula


Teater merupakan sebuah bentuk “permainan” yang di lakukan di atas pentas dan disaksikan oleh masyarakatnya( penonton). Cara memainkannya yaitu dengan cara berakting menghadirkan suatu cerita yang telah ditetapkan dalam naskah dan di manage oleh sutradara. Orang yang memainkan “permainan” tersebut disebut sebagai seorang aktor/aktris. Seorang aktor/aktris dituntut kemahirannya dalam berakting, karena suatu pertunjukan bisa dibilang bagus apabila aktor –aktornya memiliki akting yang berkualitas, dengan kata lain aktorlah yang “menghidupkan” suatu pertunjukan.
          Seorang aktor dapat menampilkan akting yang berkualitas jika dalam dirinya terdapat bakat yang mendukung terhadap teater, akan tetapi seorang aktor yang tidak memiliki bakatpun dapat menampilkan akting yang memuaskan jika dia mau bekerja keras menggali potensi diri dan melatihnya dengan serius.
          Seorang aktor pemula memang akan sedikit kesulitan jika diberikan naskah yang sedikit “berat”untuk dimainkan akan tetapi jika dia mau berlatih dengan keras, maka lama-kelamaan dia akan mampu memainkan naskah apapun, Seperti yang terjadi di ISI Padang Panjang. Banyaknya jumlah mahasiswa baru yang mengambil jurusan teater sebagai “tujuan” hidupnya, membuat banyaknya lahir aktor-aktor dibidang teater. bermain teater memang tidak semudah bermain kelereng atau pun bermain layang-layang. Dituntut keseriusan dan ketekunan dalam menjalankannya. Bagi orang yang baru pertama kali bermain teater ada banyak sekali “kekurangan” yang harus mereka latih dengan giat, seperti tidak fasihnya membaca dialog, intonasi, emosi, tidak tau arah bloking, dll.
          Tidak fasihnya membaca dialog tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh belum pernah atau jarangnya mereka dalam membaca naskah teater. membaca naskah teater tentu sangat berbeda dengan membaca buku biasa, di dalam naskah teater seseorang dituntut kemahirannya dalam menetapkan intonasi, memenggal dialog yang terlalu panjang dan mengucapkan dialog seperti orang yang sedang berbicara kepada seseorang. Seperti yang diungkapkan Yono, mahasiswa baru jurusan teater di sela-sela latihan naskah Badai sepanjang malam.
“  membaca naskah ini agak susak dikit daripada baca buku bang, maklum mungkin baru pertama kali ini lihat naskah dan bermain teater.”
          Intonasi dalam mengucapkan dialog juga harus dijaga, agar dialog yang diucapkan terasa tidak “dibuat-buat” dan dapat dimengerti oleh lawan main maupun penonton. Aktor pemula nampaknya memiliki “masalah”terhadap intonasi dialog.
          Menghadirkan emosi yang pas dari naskah adalah suatu tantangan tersendiri bagi seorang aktor, karena emosi-emosi inilah yang membuat pertunjukan menjadi “berwarna” dan diminati oleh penonton. Seorang aktor pemula seperti sulit memberi emosi kedalam dialog yang dimainkannya, sehingga dialog yang dilanturkan seperti “Sekedar” membaca naskah dan belum menghidupkan suasana.
  “ ya bagi kami pemula ni memang sulit bang menghadirkan emosi-emosinya, belum ada latihan dan observasi sebenarnya.” urai yono.
          Setelah selesai membaca dan menghafal naskah, maka tahap berikutnya dari pembentukan teater adalah menentukan arah bloking atau gerak aktor di atas pentas.  Hal ini sebenarnya memang pekerjaan bersama antara sutradara dan aktor, akan tetapi kalau aktor yang sudah memiliki bakat terhadap teater, secara spontan dia akan menemukan sendiri arah bloking yang pas untuknya.
          Hal yang tidak kalah pentingnya dari penggarapan sebuah teater adalah menemukan Chemistry atau kecocokan dengan lawan main. Karena hal itu berdampak bagi psikologi pemain. Jika seorang aktor memiliki lawan main yang tidak pas dengannya, maka akan sangat sulit menentukan kecocokannya sehingga berimbas terhadap jalannya cerita yang mempunyai emosi yang “timpang”. Akan tetapi, jika seorang aktor mendapat lawan main yang sudah “sehati”sama dia, maka akan sangat mudah sekali menghadirkan emosi yang pas terhadap naskah yang dimainkan.
          Seorang aktor yang baik hendaknya mampu menggali potensi-potensi “besar” yang ada pada dirinya. Dengan demikian, dia dapat mengenalinya diri dan mengembangkannya kearah yang dia inginkan. Seorang aktor pemula, memang diperlukan keseriusannya dalam hal latihan dan mencari “bentuk” akting yang berkualitas agar setiap pementasan teater yang ia mainkan dapat memberi kepuasan kepada siapa saja, baik untuk sutradara, untuk penonton yang menontonnya dan terutama sekali kepuasan bagi dirinya sendiri.
          Bagi seorang aktor pemula ada banyak sekali yang dapat diperhatikan dalam  bermain teater, yaitu : seorang aktor harus memiliki disipilin yang tinggi, baik dalam latihan maupun dalam hal apapun yang berhubungan dengan teater. Disiplinnya anak teater itu harus seperti bahkan melebihi disiplin tentara. Tentara yang ditugaskan ke medan perang kalau tidak punya disiplin yang tinggi bisa mati tertembak musuh. Selain itu bisa juga membuat kacau strategi 'ganyang musuh' yang sudah dirembukin satu kompi. Begitu juga dengan aktor. kalau aktor tidak punya disiplin yang tinggi, ketika akting tidak bakalan bisa focus terhadap apa yang ia perankan.
          Jadi kesimpulannya, seorang aktor adalah orang yang “menggerakkan” cerita dan menyampaikan pesan-pesan kepada penonton yang dilakukan dengan cara berakting. Agar pesan dan cerita yang di sampaikan disukai oleh penonton, maka dibutuhkan akting yang berkualitas. Agar memperoleh akting yang baik itu diperlukan kerja keras dalam menggali potensi diri yang ada pada dirinya. Seorang aktor pemula dapat menjadi aktor besar nantinya jika ia mau giat bekerja keras mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. tidak usah “minder”dengan orang yang punya bakat terhadap teater, karena orang yang tidak berbakat pun dapat bermain teater. Dan juga, banyak aktor besar teater, yang awalnya bermula dari “nol”tapi karena kegigihannya dalam berlatih, dia bisa menjadi seniman besar dalam hal berteater.

Wawancara dengan ibuk Eng, guru seni di SMAN 1sungai tarab, Batusangkar


Apa-apa saja seni yang di ajarkan sini buk ?
Kalau pelajaran seni banyak. Di sini kita mengajarkan seni musik sperti nyanyi, disini juga ada banyak alat-alat musik yang bisa dipakai oleh siswa. Ada seni lukis juga, kaligrafi, ada seni drama juga.
Kalau seni drama, siswa di ajarkan apa saja tu buk ?
Kita mengajarkan membuat sebuah drama dan mementaskannya. Meskipin itu semua baru secara garis besar dimana kita tidak mengajarkan secara detail seperti yang adik-adik lakukan di ISI padang panjang.
Bagaimana perkembangan teater di sekolah ini buk?
Sebenarnya banyak siswa yang antusias bermain drama tapi karena keterbatasan pengajar yang tahu tentang seluk beluk drama tersebut, sehingga setiap garapan yang ada di sini baru terlihat seperti apa adanya saja.
Sebentar lagi kan di adakan acara pentas seni, apakah ada ketentuan agar siswa menampilkan pementasan drama buk?
Dalam pentas seni kali ini, memang akan diadakan banyak perlombaan seni. Seperti menyanyi, musikalisasi puisi, dance dimana itu bebas dipilih oleh siswa. Sedangkan khusus untuk drama, kita memang mewajibkan kelas 11 untuk ikut karena merupakan ujian semester bagi mereka.
 Apakah dalam pentas seni tahun-tahun sebelumnya juga dihadirkan pementasan drama?
Kita selalu rutin menghadirkan pentas seni setiap habis ujian (class meeting). Tapi kalau untuk drama sendiri tidak diwajibkan seperti pada edisi kali ini. Karena acara pensi ini osis yang memanage jadi susunan acara yang dihadirikan berdasarkan ketentuan dari osis itu sendiri.
Kalau teater-teater tradisional seperti randai gitu ada gak di sini buk?
Di sini kita hanya mengajarkan tentang drama/teater dalam arti besar. Kira belum mengajarkan mereka yang lebih spesifik di sebabkan oleh kurangnya pengajar yang menguasai tentang hal itu. Kalau adik-adik dari isi bisa membantu ya itu bagus. Hehe
Dalam acara pensi kali ini, kita sebagai anak teater ISI padang panjang juga ikut ambil bagian dengan menghadirkan pantomime, bagaimana menurut ibuk tanggapan dari sekolah?
Tentu kami sangat mengharapkan kerja sama seperti itu. Apalagi kita juga belum mengtehui bentuk dari seni pantomime itu, baru sekedar melihat di televisi. Hal itu tentu membuat kita semua yang ada di sekolah ini sangat antusias menyambut pertunjukan dari ISI padang panjang.
Dari ibuk pribadi, apa ibuk mengetahui apa itu pantomime?
Saya pribadi sedikit taulah. Pantomime itu seni drama yang dimainkan dengan menggunakan media tubuh tanpa menggunakan dialog dan aktornya menggunakan topeng, bukankah seperti itu?
Hahaa betul buk, cuman aktor nya tidak pakai topeng tapi pakai make up dan rias. Oo ya tadi saya juga sudah wawancara dengan salah satu siswa ibuk, ketua dari Pensi kali ini. DIa mengatakan akan menghadirkan sebuah drama garapan dia dalam acara kali ini, bagaimana menurut ibuk?
Itu bagus. Saya juga telah melihat proses mereka latihan sekali. Cuma tentu tidak sebagus yang teman-teman lakukan di ISI. Di sini mereka mencoba menggarap sesuatu berdasarkan cerita yang mereka reka sendiri, dan dialognya pun berdasarkan naluri mereka juga.
Kalau drama yang sudah ada naskahnya, apakah pernah ibuk menyuruh mereka untuk menggarapnya?
Kalau yang seperti itu memang belum pernah dicoba.
Oo yaa, murid ibuk si yogi kan sudah pernah bermain teater tradisional yaitu randai kebetulan itu garapan senior saya di ISI padang panjang, bagaimana tanggapan ibuk terhadap hal itu?
Tentunya kita dari pihak sekolah sangat bangga dalam hal itu. Kita berharap akan ada kerja sama lagi antara ISI padang panjang dan Sman 1 sungai tarab sehingga siswa-siswa lebih mengerti tentang seni.
Bagaimana menurut ibuk perkembangan teater di sumatera barat saat ini ?
Menurut saya perkembangan teater di sumatera barat cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya pementasan-pementasan teater yang diadakan baik oleh mahasiswa di isi padang panjang sendiri, maupun di taman budaya padang.
itu kalau di kampus ama tambud. Kalau di masyarakat pernah gak ibuk menonton teater?
kalau di masyarakat itu bisa dibilang sudang sangat langka.saat ini saya pribadi belum menemukan pementasan-pementasan yang diadakan di masyarakat.
Pementasan-pementasan randai apakah pernah ibuk melihatnya?
 Dulu sih pernah, tapi sekarang sudah sangat susah mencari keberadaannya. Kita semua tahu kalau acara-acara pesta seperti acara pernikahan, sunatan rasul dan lain sebagainya sudah di isi oleh orgen tunggal, padahal kan dulu acara pesta seperti itu dihiasi oleh randai.
Hal itu tentu sangat ironi ya buk, menurut ibuk bagaiamana selera hiburan masyarakat pada saat ini?
Seiring perkembangan zaman, ternyata masyarakat telah melupakan kesenian tradisi yang sejak dulu telah ada dilingkungannya. Mereka lebih cenderung mencari hiburan-hiburan yang bersifar modern dan hura-hura seperti orgen atau konser. Mungkin karena semakin majunya teknologi dan melihat kesenian yang ada di barat mungkin.
Bagaimana tanggapan ibuk terhadap hal itu?
Tentunya kita sangat prihatin terhadap hal demikian. Seharusnya kan masyarakat mencintai budaya mereka sendiri bukan budaya barat. Budaya kita adalah budaya yang sangat kaya dan unik, tidak seharusnya ditinggalkan hanya karena budaya baru yang masuk lebih modern.
Bagaimana harapan ibuk kedepannya terhadap teater yang ada di Sumbar?
 Semoga semakin maju dan tetap berkarya menghadirkan pertunjukan-pertunjukan yang menghibur dan diminati oleh masyarakat. Kalau bisa, dalam teater hendaknya dimasukkan unsur budaya kita, sehingga semua orang tau kalau budaya kita itu indah.

Mungkin cukup sampai di sini wawancara kita kali ini buk. Terima kasih atas waktu yang telah diberikan.

pentingnya pelestarian TEATER TRADISIONAL sebagai "tameng" budaya di era modernisasi


Abstrak: teater tradisional merupakan teater yang berkembang dan tumbuh pada satu masyarakat. Dimana pola ceritanya berdasarkan kebudayaan yang ada pada daerah tersebut.  Mempelajari dan mengembangkan teater tradisional, secara tidak langsung berarti ikut melestarikan budaya yang ada pada bangsa ini.
Kata kunci : Teater tradisional, kebudayaan, masyarakat.
Latar belakang
Indonesia merupakan suatu Negara yang kaya akan kebudayaan, antara satu daerah dengan daerah yang lain pasti memiliki budaya yang berbeda. Jelaslah, bahwa kebudayaan manusia bukanlah suatu hal yang hanya timbul sekali atau yang bersifat sederhana. Tiap masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan masyarakat lain dan kebudayaan itu merupakan suatu kumpulan yang berintegrasi dari cara-cara berlaku yang dimiliki bersama dan kebudayaan yang bersangkutan secara unik mencapai penyesuaian kepada lingkungan tertentu.[1]   Dengan banyaknya budaya bangsa yang tersebar di tanah ibu pertiwi ini membuat kita bangga menjadi orang indonesia. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, serta kecendrungan masyarakat untuk menjadi manusia modern, kebudayaan yang telah mengakar sejak lama mulai dilupakan. Anak-anak muda lebih menyukai dan menikmati budaya yang datang dari barat, sehingga secara otomatis mereka akan menerapkannya dalam kehidupan, sehingga akan melahirkan budaya baru yang cenderung lebih mengarah kepada sifat negative karena sudah pasti budaya barat sangat berlawanan dengan budaya yang ada di indonesia. watak manusia menjadi tema yang memperoleh perhatian khusus karena dalam bentuk apapun watak ini selalu berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang mengelilinginya dan menghasilkan budaya.[2]
            Pengembangan budaya yang ada di Indonesia saat sekarang ini, bisa dibilang sangat minim dan terbatas. Hal itu dapat kita lihat dari sangat sedikitnya peminat dari teater tradisional, seperti kesenian Randai di Sumatera barat. Pementasan randai yang dulunya sangat digemari bahkan menjadi “pengiring” setia dari sebuah pesta, kini seakan telah ditinggalkan dan dilupakan. Ironinya, jika ada pementasan randai dilaksanakan di tengah suatu masyarakat, penontonnya didominasi oleh orang tua. Hal itu membuktikan kalau para kaum muda kurang meminati kesenian yang syarat akan budaya tersebut.
Pembahasan
            Seni teater adalah seni yang sudah berkembang sejak lama, baik di dunia maupun di indonesia sendiri. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya jenis teater yang bermunculan. Di indonesia sendiri secara garis besar terdapat dua jenis teater yaitu teater tradisional dan teater modern. Teater tradisional rakyat yang tumbuh dan berkembang di setiap wilayah di indonesia menunjukkan kalau masyarakat indonesia pada umumnya “dulu” menyukai kesenian teater, walaupun telah terjadi pergeseran fungsi, dari upacara keagamaan menjadi media hiburan bagi masyarakat. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, kesenian teater mulai ditinggalkan. Masyarakat khususnya anak muda menganggap kalau kesenian teater adalah suatu yang membosankan dan bahkan dianggap kuno oleh sebagian orang. Hal itu dapat dilihat dari perbandingan penonton teater dan penonton sebuah konser band. Jika sebuah pementasan teater “bergandengan” dengan sebuah pementasan grup band dalam satu wilayah, maka sudah dapat dipastikan kalau penonton konser akan jauh lebih banyak dari penonton sebuah garapan teater. Hal tersebut tentu sangat di sayangkan, karena dalam sebuah garapan teater terdapat banyak nilai-nilai, baik itu nilai sosial maupun nilai moral terkandung di dalamnya yang bisa di serap dan di pahami oleh masyarakat sehingga bisa membentuk mental dan martabat manusia yang menontonya, berbeda dengan pementasan sebuah konser musik yang hanya menghadirkan suatu hiburan.
Teater tradisional merupakan suatu bentuk teater yang lahir, tumbuh dan berkembang dis suatu daerah etnis, yang merupakan hasil kreatifitas kebersamaan suku bangsa di indonesia. Berakar dari budaya etnik setempat dan dikenal oleh masyarakat lingkungannya. Pertunjukan dilakukan atas dasar tata cara dan pola yang diikuti secara mentradisi (secara turun-temurun) dari pengalaman pentas generasi tua (pendahulu) dialihkan/dilanjutkan ke generasi yang lebih muda (generasi penerus) dan mengikuti serta setia kepada pakem yang sudah ada.[3]
 Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya.  Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda,  tergantung    kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Membicarakan teater tradisi di Indonesia tampaknya agak rumit mengingat sejarah perkembangan budaya Nusantara kita yang demikian panjang dan beragam. Perkembangan teater tradisional dalam masyarakat indonesia tidak bisa lepas dari pertumbuhan dan perkembangan kesenian dan kebudayaan indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang dengan sendirinya melahirkan kesenian yang sangat beragam yang bersumber dari kelainan budaya etnik setempat. Meskipun di indonesia telah berkembang juga teater modern akan tetapi hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari keberadaan teater tradisional. Di dalam pertumbuhan dan perkembangan teater teater modern dewasa ini, teater tradisional memperoleh perhatian yang besar dan bahkan dijadikan tempat pengkajian dari sumber “inspirasi” bagi perkembangan teater modern. Di dalam mencari “identitas teater nasional indonesia”, teater tradisional merupakan sumber “jiwa”, sedangkan teater modern akan merupakan “sosok” dari teater indonesia tersebut.[4]

Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, teater tradisiional ikut “menyesuaikan” diri dengan keadaan lingkungan yang telah terpengaruh oleh ‘arus’ modernisasi di bangsa kita. Hal itu berakibat dengan berubahnya nilai dan fungsi dari teater tradisional itu sendiri. Jika pada zaman dahulu, teater tradisional digunakan untuk upacara keagamaan, maka pada zaman sekarang ini lebih cenderung dianggap sebagai media hiburan masyarakat. Meskipun dianggap sebagai media hiburan yang “segar” bagi masyarakat, akan tetapi peminat dari teater tradisional itu sendiri bisa dibilang tidak sebanyak pecinta kesenian lain yang lebih modern seperti seni musik. Hal tersebut tentu menghadirkan kekhawatiran bagi kita, karena teater tradisional merupakan symbol kekayaan bagi bangsa kita akan seni budaya. Jika ia ditinggalkan atau dilupakan, secara tidak langsung kita telah ikut “mengubur” jati diri bangsa. Kita semua mengetahui kalau seni budaya adalah cermin jati diri bangsa, sehingga kalau masalah ini terabaikan akan melahirkan masyarakat bar-bar yang tidak berbudaya.
 Globalisasi budaya
              Pengaruh globalisasi sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan, dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Oleh karena itu dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Salah satu contohnya bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan “bom” budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya yang semakin hari semakin berkurang.
            Perkembangan Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan Transportasi, Telekomunikasi dan Teknologi mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Payakumbuh (Sumatera Barat) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari dan teater tradisional Sumatera barat, seperti Randai. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan acaraan-acara khusus dan kebiasaan remajanya lebih suka main band, clabing daripada belajar budaya tradisional. Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.

Teater tradisional dan lingkungannya
            Berbicara teater tradisional tentu tidak bisa dipisahkan dari masyarakat dan lingkungan yang ada disekitarnya. Teater tradisional dimainkan oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut. Hal itu berarti jika masyarakat ttidak lagi mau menyukai  teater tradisional maka sudah dapat dipastikan lama-kelamaan, kesenian yang telah mengakar sejak lama dalam bangsa ini akan “punah” ditelah derasnya arus modernisasi.
            Kehadiran budaya asing yang merambah ke relung-relung budaya tradisi sedikit banyak akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Meskpun budaya yang asing itu tidak sepenuhnya negative akan tetapi sedikit banyak pasti akan mempengaruhi perkembangan budaya yang ada pada suatu masyarakat.
            Dahulunya teater tradisional seperti randai adalah hiburan yang “wajib” sebagai pengiring dalam suatu pesta, baik itu pesta yang sifatnya pribadi maupun pesta masyarakat. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, kesenian randai tersebut mulai digusur oleh kesenian-kesenian musik yang sifatnya lebih modern seperti orgen tunggal atau pun band musik. Dengan demikian, saat sekarang ini kita seolah melihat teater tradisional kehilangan “lingkungannya” untuk berkembang. Akibat yang dihadirkan dari fenomena tersebut sungguh terasa nyata. Perkembangan dari teater tradisional sangat terbatas, hanya berada dilingkungan sekolah dan perguruan tinggi seni. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat luas, pementasa-pementasan teater tradisional sudah sangat sulit ditemukan.
 Anak muda yang telah ter “modernisasi”
            Tidak bisa dipungkiri kalau anak muda punya banyak sekali peranan dalam bangsa ini.  Budaya tradisi di Indonesia sudah banyak terkontaminasi dengan budaya luar. Banyak anak muda Indonesia yang kurang mengenal budaya negerinya sendiri. Dunia modern seolah lebih menarik dan mengkikis budaya tradisi yang sudah turun temurun sehingga banyak kaum muda jadi pengekor kaum luar dan lupa akan jati diri.. Generasi Muda sebagai pewaris, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai sumber insani bagi pembangunan nasional, ibarat mata rantai yang tergerai panjang. Posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa, pemuda berperan sebagai pelestari nilai budaya, kejuangan, pelopor dan perintis pembaruan melalui karsa, karya dan dedikasi. Melihat potensi pemuda yang begitu besar dan telah terbukti melalui peran-peran kesejarahan mereka baik dalam perjuangan meraih kemerdekaan maupun dalam mempertahankannya dan juga dalam menumbangkan rezim yang korup. Maka sudah seharusnya mereka diberi peran dan berperan melalui usaha-usaha pembangunan dalam segala aspek kehidupan bangsa terutama dalam hal budaya.
            Anak muda zaman sekarang ini di indonesia telah terbawa “arus” modernisasi yang berasal dari barat. Hal itu dapat kita lihat dari berbagai segi kehidupan mereka seperti pola berpakaian, pola pergaulan dan pola hiburan. Dari segi pakaian, anak-anak muda lebih menyukai untuk meniru mode-mode berpakaian dari barat, padahal sudah sama kita ketahui kalau pola berpakaian orang barat sangat bertentangan dengan budaya bangsa yang ada di indonesia. Dari segi pergaulan, anak-anak muda telah “menciplak” pola pergaulan bebas dan hura-hura yang ada di barat. Dari segi hiburan juga tidak kalah mengkahawatirkan, dimana anak muda zaman sekarang ini lebih menyukai hiburan-hiburan yang bersifat modern.
            Melihat fenomena tersebut, secara tidak langsung membuat teater tradisional yang ada di bangsa kita kehilangan “pewarisnya”. Karena sudah sama kita ketahui kalau teater tradisional sekarang ini hanya diminati oleh kalangan orang tua. Jika anak muda sudah tidak meminati teater tradisional lagi maka yang pasti akan terjadi adalah “punahnya” kesenian tersebut dari budaya bangsa kita.
            Arus globalisasi yang semakin kuat memang telah “menenggelamkan” minat masyarakat terhadap kesenian bangsa mereka sendiri. Banyaknya kesenian-kesenian baru yang mereka lihat dari media visual seperti televisi membuat masyarakat lebih cenderung mengarah kepada hiburan-hiburan yang bersifat baru.


[1] Ihromi, T,O. Antropologi budaya, Jakarta, Yayasan obor Indonesia, 1996, hal 32.
[2] dewey, john. Budaya dan kebebasan, Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1998, hal 14.
[3] Awuy F, Tommy. Teater Indonesia, Jakarta, Perpustakaan nasional, 1999, hal 263.
[4] WM, Sutarjo.Bagi masa depan teater indonesia, Bandung, PT GRANESIA, 1983, hal 11.

WAWANCARA DENGAN YOGI, SISWA SMAN 1 SUNGAI TARAB.


Teater merupakan seni yang telah berkembang sejak lama, mulai dari zaman yunani kuno sampai zaman sekarang ini. Teater merupakan seni yang umum yang bisa dimainkan oleh siapa saja, baik itu orang tua, anak muda, anak kecil, kaya, miskin, bangsawan atau masyarakat biasa maupun anak sekolah. Pada kesempatan wawancara kali ini, saya mencoba mewawancarai seorang anak SMA negeri 1 Sungai tarab, batusangkar yang katanya sudah pernah bermain dan menyutradarai teater ( drama menurut mereka).
Anda kelas berapa sekarang ?
Kelas 2
Kelas 2 ya, kalau boleh tahu anda jurusan apa?
Ips kak
kelas 2. Sekarang ini anda menjabat sebagai ketua dalam pengadaan pensi (pentas seni) pada tahun ini, apa konsep yang anda usung ?
konsep yang coba kami hadirkan mengenalkan seni kepada siswa-siswa atau rekan-rekan seperjuangan saya.
Dalam Pensi kali ini, acara seni apa saja yang akan ditampilkan?
Ada banyak kak, rencananya kami akan menghadirkan lomba nyanyi, lomba drama, musikalisasi puisi, dance, dan rencananya juga ada penampilan yang di hadirkan oleh kakak-kakak dari ISI padang panjang. Kalau tidak salah pantomime.
Pantomime?, apa anda tau apa itu pantomime?
Tau sedikit, kalau tidak salah seperti bermain drama namun tidak berbicara dan memakai topeng.
Apa anda sudah pernah bermain teater/drama?
Sudah 2 kali bermain kak, yang pertama waktu kelas 1 dalam rangka ujian dan yang kedua pada acara pentas seni yang sebelumnya
Naskah apa saja tuh yang anda mainkan?
Naskah pangeran kodok hahaha, dan naskah perampok ulung.
Hahaha siapa pengarang naskah tersebut ?
Kebetulan yang membuat naskah ini teman saya. Pangeran kodok itu karya teman saya Randi, dan naskah perampok ulung karya teman saya juga Andrea yose.
Bagaimana cerita dalam naskah tersebut?
Naskah pangeran kodok menceritakan tentang pengorbanan seorang pangeran terhadap orang yang dicintainya dan akhirnya pangeran tersebut kena sihir lalu berubah jadi kodok. Naskah perampok ulung menceritakan tentang perampok yang sangat lihai dalam merampok.
Apa peran yang anda mainkan dalam naskah tersebut?
Saya menjadi pangeran kodok, satu lagi menjadi perampok.
Apakah selain kedua drama itu, masih ada anda bermain drama ?
Tidak ada lagi kak, baru rencana hehehee
Kalau bermain teater tradisional seperti randai gitu ada gak ?
Oooo iyaaa, pernah sekali bermain randai kak. Kebetulan waktu itu ikut bermain dalam garapan kak tika teater isi juga.
Anda berperan sebagai apa waktu itu?
Saya Cuma jadi legaran kak, tukang pukul galembong.
Bagaimana menurut anda bermain randai?
Bermain randai sangat mengasyikkan, rasanya ingin mengulang lagi kak. Walaupun awalnya susah tapi setelah di ajarin ternyata bisa cepat pandai.
Menurut anda mana yang lebih seru bermain teater tradisional seperti randai tersebut daripada bermain teater modern seperti naskah pangeran kodok kata anda tadi?
Menurut saya lebih seru bermain randai
Kenapa demikian ?
Karena saya lebih mencintai tradisi dan garapannya lebih tertata rapi.
Tertapa rapi maksudnya?

Pantomime: seni “bisu” yang menghibur


         
Akhir-akhir ini di ISI padang panjang banyak menghadirkan pertunjukan pantomime. Hal itu tentu tidak biasa, mengingat pada tahun –tahun sebelumnya pertunjukan seperti itu sangat jarang terjadi. Banyaknya pertunjukan-pertunjukan yang menggunakan tubuh sebagai media utamanya ini, tidak lain dan tidak bukan disebabkan makin banyaknya orang yang tertarik terhadap kesenian ini, dalam hal ini dapat kita arahkan kepada mahasiswa baru jurusan teater di ISI padang panjang. Para mahasiswa baru seakan telah berlomba-lomba menghadirkan pertunjukan pantomime , dengan bantuan senior mereka mampu menghadirkan pertunjukan yang sangat menghibur.
          Pantomime adalah suatu bentuk seni yang menggabungkan unsur musik, kelenturan tubuh dan ekspresi mimik dengan kadar yang sama kuatnya yang diolah menjadi satu kesatuan yang saling menunjang sehingga menghasilkan suatu cerita yang dapat dipahami oleh penontonnya. Atau definisi lainnya adalah bahwa Pantomime adalah suatu seni untuk menciptakan kembali dunia dengan gerak dan posisi tubuh. Pantomime mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada , seorang  pemain pantomime akan bermain dengan dirinya sendiri dan disekitarnya tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa kecuali penonton dan ia harus membuat penonton “melihat” apa yang tidak terlihat dipanggung. Istilah pantomime sendiri berasal dari bahasa Yunani yang artinya serba isyarat. Berarti secara etimologis, pertunjukan pantomime yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal. Pertunjukan itu bahkan bisa sepenuhnya tanpa suara apa-apa. Jelasnya, pantomime adalah pertunjukan bisu.
          Unsur-unsur pembentuk sebuah cerita dalam Pantomime adalah:
- Mimik : Seorang pemain pantomime sangat mengandalkan ekspresi mimik dalam menerangkan suatu keadaan seperti sedih, marah, kecewa, gembira, bingung ,dll.
- Gerak : Gerak tubuh bertugas menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, seperti memegang gelas, memegang pisau, memegang kaca, berjalan, berlari, naik tangga, dll.
- Musik : Musik dalam hal ini sangat mendukung guna menciptakan atmosfer situasi yang terjadi sehingga penonton juga dapat larut dalam situasi itu seperti situasi seram, situasi bahagia, situasi sedih, dll. Karena berkait dengan musik maka seorang pemain pantomime juga harus mampu menguasai tempo dalam sebuah irama sehingga ia dapat menyesuaikan gerak tubuhnya dengan tempo lagu/irama yang saat itu terdengar. Hal ini sangat penting agar penonton tidak merasakan kejanggalan karena apa yang dilihat tidak sesuai dengan apa yang didengar. Contohnya, musik dalam keadaan sedih mungkin dipilih yang temponya pelan, dalam keadaan tergesa-gesa mungkin temponya cepat, dll.
          Pertunjukan pantomime di indonesia, khususnya sumatera barat bisa dikatakan sudah sangat langka. Hal itu dibuktikan dari masih banyaknya masyarakat tidak tahu terhadap kesenian ini. Seperti yang dikatakan Ade Rizki, ketua osis SMAN 1 Sungai tarab. “ di sekolah ini ada banyak sekali seni, ada seni tari, musik, lukis, seni drama, tapi kalau pantomime itu baru pertama ini mendengarnya kak.”
          Senada dengan Ade, siswa lain yang ada di sana juga mengatakan hal yang serupa “ tidak tahu, tahunya seni drama sama seni musik”. Ujar yogi di sela-sela acara pentas seni (PENSI) di sekolah itu.
          Banyaknya pementasan pantomime di ISI padang panjang, seperti telah mendatangkan “angin segar” bagi masyarakat yang mencintai dunia hiburan. Bangaimana tidak, di minangkabau sendiri kesenian yang paling “diagungkan” adalah kesenian musik modern seperti konser band atau bahkan orgen tunggal. Hal itu memang sangat beralasan melihat fenomena hiburan yang ada di Sumbar didominasi pentas musik sehingga berdampak banyaknya masyarakat tidak tahu terhadap kesenian lain seperti seni pantomime. Pementasan-pementasan pantomime yang dilakukan mahasiswa isi padang panjang diharapkan mampu mengundang minat masyarakat terhadap kesenian ini.
          Untuk pengembangan seni pantomime lebih lanjut, seharusnya pantomime dimasukkan dalam bahan ajar di sekolah-sekolah karena sangat bermanfaat. “Mungkin pantomim bisa saja menjadi salah satu pelajaran di sekolah. Mengapa? Karena pantomim sendiri mengajarkan tentang tubuh, sikap (attitude), etika, serta kejiwaan, juga daya imajinasi dan kreatifitas kita. Apalagi di sekolah, biar anak-anak sekolah nggak ada yang tawuran lagi—kalo mau tawuran juga cukup berimajinasi saja. Tapi betul lho, dari pantomim kita bisa mengenal tubuh kita sendiri, asal usul tubuh kita, sikap disiplin tubuh, dan sopan santun kita, karena pantomim itu asyik dan menceriakan. Apalagi untuk anak-anak sekolah.” Ujar Hanafi, mahasiswa teater ISI padang panjang.

Selasa, 03 Desember 2013

PENONTON LEBIH MENYUKAI DRAMA KOMEDI DARIPADA TRAGEDI DI ISI PADANG PANJANG


Indonesia termasuk salah satu Negara yang mempunyai penduduk paling banyak di dunia, maka tidaklah mengherankan jika di indonesia banyak sekali jenis hiburan yang di tampilkan dan diperuntukkan bagi penikmatnya. Seni teater adalah salah satu contoh seni yang cukup digemari oleh masyarakat. Penonton dari teater bisa dari kalangan mana saja, baik itu kalangan bangsawan atau rakyat biasa, kaya atau miskin, muda atau tua. Teater memang bisa di tonton oleh siapa saja, akan tetapi tentu berbeda tujuan dan kebutuhan dari mereka semua dalam menonton teater, mereka ada yang ingin menonton teater sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh dan letih sehingga menganggap teater sebagai salah satu pertunjukan yang menghibur (penonton pasif), dan ada pula yang menonton teater untuk mencari dan menangkap pesan-pesan yang di sampaikan melalui cerita, penonton seperti inilah yang disebut penonton aktif. Dari sekian banyak penonton teater, biasanya orang yang di golongkan sebagai penonton aktif adalah orang-orang yang sedikit-banyak mengerti tentang teater. Mereka bisa mencerna dan mendefinisikan pesan-pesan yang disampaikan oleh para aktor meskipun pesan tersebut hanya di sampaikan melalui bahasa isyarat.
          Menonton suatu pertunjukan teater sangat menyenangkan, sama halnya dengan menonton opera van java (OVJ) di televisi, menonton pertunjukan ovj di televisi bisa membuat kita bertahan berjam-jam sambil tertawa walaupun tak tahu apa yang sedang di tertawakan. Menonton pertunjukan yang bergenre komedi memang mampu membius penonton sehingga mau menyaksikan pertunjukan dalam durasi yang sangat lama sekalipun. Berbeda dengan menonton pertunjukan teater yang menghadirkan genre tragedy cenderung lebih membuat penonton merasa bosan. Hal itulah yang terlihat dari pertunjukan monolog “perempuan titik nol” di gedung teater arena ISI Padang Panjang senin, (2/12).
          Pertunjukan monolog yang syarat pesan sosial ini pada awal pementasan sangat ramai di tonton. Hal itu membuktikan kalau masyarakat dalam hal ini mahasiswa belum sepenuhnya berpaling dari kesenian teater. mereka yang hadir di dalam gedung pertunjukan terlihat sangat antusias menyaksikannya. Semua penonton Nampak hening dalam mengikuti jalannya cerita.  Akan tetapi setelah pementasan berlangsung selama empat puluh lima menit, penonton terlihat merasa bosan dengan bukti banyaknya penonton yang keluar duluan sebelum pementasan berakhir. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pementasan hari-hari sebelumnya yang lebih cenderung menampilkan konsep komedi. Pada waktu itu penonton rela duduk lama menyaksikan pertunjukan sampai berakhir, bahkan ada yang terus bertepuk tangan dan diam di tempat walaupun pementasan telah usai.
          Hal itu menunjukkan masyarakat indonesia lebih menyukai pertunjukan yang bergenre komedi karena lucu dan dapat membuat tertawa terbahak-bahak, daripada pertunjukan tragedy yang mengharuskan penonton menerima emosi “galau”. Panjangnya durasi pementasan, membuat orang yang menonton akan merasa bosan dan sering meninggalkan gedung sebelum acara pertunjukan tersebut berakhir. Seperti yang dikatakan oleh salah satu penonton. “ pertunjukannya bagus tapi durasinya kepanjangan, bosan mending merokok dulu sebentar di luar “.
          Penonton  lain yang juga meninggalkan gedung sebelum pertunjukan berkahir juga mengatakan hal yang serupa, “ pertunjukan tersebut sangat bagus, banyak pesan-pesannya. Tapi setelah lama-lama saya merasa bosan, tidak ada lucunya ,hehee”.
          Hal di atas menunjukkan kalau penonton yang berasal dari ISI padang panjang umumnya lebih cenderung menyukai jenis pertunjukan yang dapat mengundang tawa dan membawakan cerita ringan yang dapat ditangkap. Memang setiap pertunjukan yang dipentaskan di ISI padang panjang hampir seluruhnya yang ramai penonton, tapi mereka seolah hanya ingin “menonton” tanpa mengetahui pesan-pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, mereka semua lebih cenderung “kepada” garapan-garapan yang selalu menghadirkan “kebahagian” seperti dapat membuat “terbahak-bahak”.

Manfaat teater bagi anak


Teater merupakan suatu kesenian yang dihadirkan lewat adegan-adegan yang dilakukan oleh aktor di atas pentas. Adegan-adegan yang dihadirkan tentu bukan adegan yang asal-asalan, akan tetapi semua itu tergantung dari jalan cerita yang ada dalam naskah dan intruksi dari sutradara. Dari sebuah pementasan teater, penonton bisa mendapatkan hiburan melalui cerita yang di sampaikan oleh para aktor. Hiburan yang di hadirkan oleh para aktor berupa emosi-emosi yang menggambarkan suatu cerita, dan hal tersebutlah yang bisa membuat penonton menikmati bahkan ikut larut dalam suasana cerita.
Di samping sebagai sebuah hiburan yang segar bagi penikmatnya, teater juga bisa dijadikan sebagai media pendidikan. Seringkali orang menyepelekan kegiatan teater, karena melihat hasil akhir sebuah pementasan saja. Kalau pentas itu menghibur, mereka akan mengatakan kalau teater itu penting. Tetapi kalau tidak menghibur dan menghadirkan rasa bosan kedalam pikiran karena tak paham sejak awal sampai akhir pementasan, teater dikatakan tidak penting. Padahal, kepekaan hati seseorang bisa diasah melalui tontonan teater. Hidup ini tak selalu harus tertawa, tetapi perlu melatih otak untuk berpikir.
Bagi anak, bermain teater akan memberikan banyak manfaat. Anak-anak yang di depan kelas biasanya tak berani menatap guru, di atas panggung ia berani menatap begitu banyak penonton. Rasa percaya diri ini akan meresapi kepribadian anak dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diimbangi dengan pertumbuhan kemampuan anak berasosiasi, berimajinasi, daya pikir, daya empati, daya apresiasi, dan sebagainya, yang membuat anak sadar akan situasi sosial, nilai-nilai kebersamaan, nilai saling menghargai, dan lain-lain. Hal ini yang dimaksud dengan seni teater dapat digunakan mengembangkan "kecerdasan halus" anak.Dapat kita  bandingkan dengan anak yang sehari-hari berada di depan komputer, dan tak bisa bersosialisasi dengan orang lain, sehingga kecerdasan emosionalnya amat tipis. Umumnya, anak-anak teater cukup menonjol di sekolah, baik kecerdasan maupun kepribadiannya. Rata-rata anak yang sering bermain teater dengan bagus di  atas panggung, prestasi belajarnya di sekolah pun akan sangat baik. Selain itu, anak akan belajar mengambil hikmah dari setiap peran dan lakon yang dipentaskan. Biasanya teater mementaskan apa saja yang ada dalam kehidupan manusia dan alam. Dari sini anak akan belajar bagaimana hidup sebagai manusia dengan manusia lain secara manusiawi dan dapat hidup seimbang dengan alam.
Banyak hal yang dapat diperoleh oleh anak dengan belajar teater, yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan wadah/fasilitas yang sebesar-besarnya kepada  anak untuk mengemukakan pendapatnya.
2. Melatih imajinasi anak, ini merupakan konsekuensi logis dalam kegiatan ekspresi supaya dalam berekpresi seorang anak mempunyai bayangan terlebih dahulu yaitu dengan latihan imajinasi yang dapat berangkat dari pengamatan maupun hasil rekapitulasi kejadian yang telah direkam oleh otak.
3. Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4. Pembinaan sensitivitas serta rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif.
5. Mampu memberikan pembinaan ketermpilan yaitu dengan membina kemampuan praktek berkarya seni.
6. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara.
7. anak memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan, bercakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
8. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, dan kepemimpinan.
9. teater sebagai alat pendidikan. Dalam pendidikan seni bukan semata-mata bertujuan untuk mendidik anak menjadi seniman melainkan membina anak-anak untuk menjadi kreatif. Teater merupakan aktifitas permainan, dan melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreatifitasnya sedini mungkin.
Di samping manfaat yang telah dijabarkan di atas, ada manfaat sangat penting bagi anak dalam belajar seni secara umum yaitu membantu pwerumbuhan mental anak. Pada suatu ketikapertumbuhan badan seorang anak lebih cepat daripada perkembangan pikirannya. Ketidak sejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan puls perkembangan gambar anak dengan gambar lain yang normal, oleh karena itu terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar
Hendaknya pemerintah juga turut campur tangan dengan memberikan wadah yang luas untuk anak berkreasi dalam seni terutama seni teater. hal itu dapat dilakukan dengan memasukkan teater kedalam ekstrakurikuler program di sekolah. Dengan demikian anak dapat bebas berekspresi, melatih kepercayaan diri berbicara di depan umum dan membentuk mentalnya dalam menghadapi arus perkembangan zaman.

Senin, 02 Desember 2013

KEBERADAAN KESENIAN RANDAI DI DESA KOTO KOCIAK KECAMATAN GUGUK KABUPATEN LIMA PULUH KOTA,SUMATERA BARAT.


         
  Salah satu daerah di Indonesia adalah Minangkabau yang mempunyai bermacam-macam bentuk seni serta budaya pertunjukannya. Dalam tradisi Minangkabau bentuk kegiatan seni pertunjukan itu dikenal dengan istilah kata “permainan rakyat” atau dengan kata lain bahwa istilah permainan rakyat adalah  suatu konsep masyarakat minangkabau dalam mengadakan berbagai macam seni pertunjukan tradisional.
          Salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional masyarakat atau bisa juga disebut kesenian daerah minangkabau tersebut adalah kesenian randai. Kesenian Randai pada umumnya dapat kita temui di berbagai pelosok daerah minangkabau, walaupun demikian tentu perubahan dan perkembangannya di setiap daerah mempunyai latar belakang yang berbeda.  Kesenian daerah adalah salah satu bentuk kesenian yang ada di daerah yang mencerminkan ciri khas dari daerah itu sendiri. Kesenian daerah dikenal juga dengan kesenian tradisional yang perlu dijaga keasliannya. Kesenian tradisional dapat berkembangan apabila kesenian itu bersifat dinamis dan terbuka sesuai dengan perkembangan zaman. Randai merupakan drama pentas tradisional Minangkabau, Randai dimainkan dilapangan terbuka dalam bentuk arena. Randai tergolong sendratari yaitu seni, drama dan tari. Randai mengandung unsur dialog, tuturan, tari (gerak silat), lagu, dan musik (saluang, talempong).
          Dengan demikian kesenian randai bisa disebut sebuah kesenian Minangkabau yang kompleks, dimana di dalamnya terdapat perpaduan seni, yaitu seni drama, seni  suara dan seni tari. Selain itu kesenian randai merupakan sebuah kesenian yang sarat dengan nilai-nilai moral, agama dan budaya. Kesenian ini merupakan wujud identitas, jati diri yang dimiliki masyarakat Minangkabau yang tidak dimilik oleh daerah lain. Oleh karena itu, seharusnya masyarakat menyadari apa yang dimiliki dan mampu untuk melestarikan serta mengembangkan kesenian ini terutama sekali dalam masyarakat Minangkabau dan kemudian bisa mempromosikannya ke daerah-daerah lain bahkan keluar negeri sekaligus.
          Kehadiran kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat minangkabau seperti yang terdapat di daerah  Batipuh juga Di ISI Padang Panjang merupakan satu contoh kesenian tradisonal masyarakat minangkabau yang  berkembang sampai sekarang ini, begitu juga dengan Randai yang terdapat di desa koto kociak kecamatan Guguk kabupaten Lima puluh kota merupakan cerminan kebudayaan yang mencakup nilai-nilai (norma) ide atau gagasan, pandangan hidup dan tingkah laku sosial, dalam masyarakat Desa Koto kociak pertumbuhan dan perkembangan kesenian Randai akan cendrung berubah, dengan adanya perubahan tersebut merupakan salah satu adanya bentuk pembaharuan terhadap kesenian tradisional menurut perkembangan zaman.
          Keberadaan kesenian Randai di Desa Koto kociak saat sekarang ini kurang begitu diminati oleh kalangan masyarakat Desa Koto kociak khususnya generasi muda, mereka lebih menyukai kesenian atau musik yang berkembang pada abad sekarang ini, sungguhpun demikian kesenian randai di desa Koto kociak sampai sekarang masih tetap di pakai sebagai pengiring upacara-upacara tradisional, di antaranya upacara batagak penghulu, upacara sunat rasul sehingga dengan demikian pertumbuhan dan perkembangannya mengalami proses yang lambat.
          Perubahan dan perkembangan Randai ini merupakan suatu fenomena perubahan keebudayaan yang perlu dikaji dalam penelitian ini. Kesenian Randai ini merupakan salah satu kesenian yang digunakan dalam mengiring beberapa hiburan pada alek nagari (helat negeri) seperti
·        Upacara batagak penghulu (memilih penghulu)
·        Upacara menyambut tamu.
·        Upacara sunat rasul.
Pertunjukan Randai menjadi hiburan segar bagi masyarakat pendukungnya dan dapat memberi pelajaran bagi siapa yang mengamati alur ceritanya dengan baik. Nilai-nilai sosial dapat diamati melalui teks-teks yang dilahirkan, baik dalam bentuk dialog maupun dalam bentuk gurindam yang mengiringi gerak galombang. Meskipun kesenian randai membawakan naskah kaba (cerita rakyat minangkabau lama) namun naskah ini mengandung nilai dan norma kehidupan masyarakat nagari.
Pertunjukan randai yang dulunya sangat digemari oleh masyarakat koto kociak ini sekarang berangsur-angsur menghilang dari minat masyarakat, hal itu dikarenakan kurangnya peran masyarakat dalam pengembangannya dan semakin digemarinya acara-acara music seperti orgen tunggal. Hal itu di perparah dengan minimnya perhatian pemerintah terhadap kesenian yang telah mendarah daging dalam masyarakat ini, hal itu dapat kita lihat dari tidak adanya program khusus atau pembelajaran Randai kepada siswa di sekolah-sekolah.
Kenyataan demikian memang sangat menyedihkan, apabila tidak segera dilakukan berbagai upaya positif  untuk perkembangan dan kelangsungan grup randai, bukan mustahil pada masa yang akan datang kesenian randai akan punah untuk selamanya. Sebagai aset budaya tradisional yang penting, kesenian Randai adalah sesuatu yang harus kita pertahankan. 

Pentingnya pelajaran seni khususnya seni teater bagi perkembangan budaya bangsa


Abstrak: Teater adalah suatu kesenian yang di mainkan bersama-sama dengan cara ber akting di atas pentas, cerita yang di angkat dalam Teater sangat beragam di antaranya; kebudayaan suatu masyarakat. Dengan cerita yang berkaitan dengan kebudayaan, secara tidak langsung Teater memberi indikasi penghormatan kepada budaya tersebut. Memberi Pelajaran terhadap teater kepada siswa di sekolah-sekolah berarti telah membantu melestarikan budaya yang ada di bangsa ini.
                   Kata kunci: Teater, budaya, siswa

Latar belakang
Indonesia merupakan suatu Negara yang kaya akan kebudayaan, antara satu daerah dengan daerah yang lain pasti memiliki budaya yang berbeda. Jelaslah, bahwa kebudayaan manusia bukanlah suatu hal yang hanya timbul sekali atau yang bersifat sederhana. Tiap masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan masyarakat lain dan kebudayaan itu merupakan suatu kumpulan yang berintegrasi dari cara-cara berlaku yang dimiliki bersama dan kebudayaan yang bersangkutan secara unik mencapai penyesuaian kepada lingkungan tertentu.[1]  Dengan banyaknya budaya bangsa yang tersebar di tanah ibu pertiwi ini membuat kita bangga menjadi orang indonesia. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, serta kecendrungan masyarakat untuk menjadi manusia modern, kebudayaan yang telah mengakar sejak lama mulai dilupakan. Anak-anak muda lebih menyukai dan menikmati budaya yang datang dari barat, sehingga secara otomatis mereka akan menerapkannya dalam kehidupan, sehingga akan melahirkan budaya baru yang cenderung lebih mengarah kepada sifat negative karena sudah pasti budaya barat sangat berlawanan dengan budaya yang ada di indonesia. watak manusia menjadi tema yang memperoleh perhatian khusus karena dalam bentuk apapun watak ini selalu berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang mengelilinginya dan menghasilkan budaya.[2]
Berkurang bahkan menghilangnya pelajaran siswa terhadap seni di sekolah adalah sebab nyata kurangnya minat masyarakat terhadap kebudayaan bangsa sendiri. Para siswa lebih cenderung di ajarkan masalah budi pekerti, sehingga mereka kehilangan kepekaan terhadap seni. Seni budaya adalah cermin jatidiri bangsa, sehingga kalau masalah ini terabaikan akan melahirkan bar-bar yang tak berbudaya. Melalui pendidikan seni khususnya seni teater muatan pelajaran etika, norma, dan perilaku dapat di ajarkan sedini mungkin melalui siswa dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas.
Pelajaran tentang teater khususnya teater tradisional adalah tameng yang paling ideal untuk menyaring budaya yang akan masuk ke dalam masyarakat serta menjaga kelestarian budaya yang telah berkembang sejak lama dalam masyarakat tersebut. Hal itu terbukti nyata karena di dalam teater tradisional selalu mengangkat persoalan yang berkaitan budaya dan prilaku yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Akan tetapi semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena pada zaman sekarang ini, masyarakat mulai “buta”terhadap teater tradisional karena kesenian tersebut kalah bersaing dengan kesenian musik yang telah merajalela kemana-mana. Tidak adanya pelajaran tentang teater di sekolah-sekolah membuktikan kurangnya perhatian pemerintah terhadap teater, sehingga kesenian yang syarat akan budaya bangsa ini tidak mengalami kemajuan bahkan mengalami kemunduran yang signifikan.

Pembahasan
Seni teater adalah seni yang sudah berkembang sejak lama, baik di dunia maupun di indonesia sendiri. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya jenis teater yang bermunculan. Di indonesia sendiri secara garis besar terdapat dua jenis teater yaitu teater tradisional dan teater modern. Teater tradisional rakyat yang tumbuh dan berkembang di setiap wilayah di indonesia menunjukkan kalau masyarakat indonesia pada umumnya “dulu” menyukai kesenian teater, walaupun telah terjadi pergeseran fungsi, dari upacara keagamaan menjadi media hiburan bagi masyarakat. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, kesenian teater mulai ditinggalkan. Masyarakat khususnya anak muda menganggap kalau kesenian teater adalah suatu yang membosankan dan bahkan dianggap kuno oleh sebagian orang. Hal itu dapat dilihat dari perbandingan penonton teater dan penonton sebuah konser band. Jika sebuah pementasan teater “bergandengan” dengan sebuah pementasan grup band dalam satu wilayah, maka sudah dapat dipastikan kalau penonton konser akan jauh lebih banyak dari penonton sebuah garapan teater. Hal tersebut tentu sangat di sayangkan, karena dalam sebuah garapan teater terdapat banyak nilai-nilai, baik itu nilai sosial maupun nilai moral terkandung di dalamnya yang bisa di serap dan di pahami oleh masyarakat sehingga bisa membentuk mental dan martabat manusia yang menontonya, berbeda dengan pementasan sebuah konser musik yang hanya menghadirkan suatu hiburan.
          Semakin “tenggelamnya” kesenian teater dalam masyarakat, di akibatkan oleh kurangnya perhatian masyarakat terhadap kesenian itu sendiri, hal itu tentu berdampak negatif bagi perkembangan budaya yang ada pada wilayah tersebut. Ironinya, pemerintah juga seakan telah membantu “mengubur" kesenian teater dengan menghapuskan program seni khususnya teater dari kurikulum sekolah. Pemerintah lebih cenderung menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang mengarah pada pembentukan budi pekerti pada siswa sehingga hal tersebut berakibat jenuhnya siswa dalam belajar dan memahami kehidupan yang ada di masyarakatnya. Fenomena tawuran yang ada dimana-mana di indonesia  merupakan indikasi kuat contoh dari jenuhnya siswa terhadap pelajaran yang ada di sekolah. Dalam kasus ini, orang telah lupa kalau ada yang telah disingkirkan dari pelatihan psikologi anak, yaitu kurangnya kesempatan siswa dalam berkreatifitas di dalam seni khususnya seni teater. hilangnya kesempatan siswa dalam belajar seni secara umum akan membuat mereka kehilangan pengetahuan dalam membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, indah dan tidak indah sehingga akan menghasilkan generasi bangsa yang berbudaya kekerasan dan menghalalkan apa yang menurutnya benar tanpa memperhitungkan norma-norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Secara umum cabang-cabang seni yang memiliki norma tata aturan tertentu untuk mengarahkan ke suatu tujuan tertentu yang sifatnya mendidik. Untuk itulah diperlukan pelajaran terhadap seni yang bisa mendidik prilaku anak seperti seni teater. Apresiasi terhadap cipta seni sejak lama merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan yang berkenaan dengan pembinaan kepekarasaan seseorang terhadap fenomena estetik dan artistic.[3]
          Kesenian teater merupakan suatu cabang seni yang dapat membantu mendidik prilaku, karena di dalamnya terkandung banyak nilai-nilai didik. Dalam kesenian teater khususnya teater tradisional, menampilkan budaya-budaya yang ada pada masyarakat setempat sehingga dengan mengajarkan teater jenis ini kepada siswa, secara tidak langsung akan memberikan pemahaman terhadap budaya yang tumbuh dan berkembang di bangsa ini. Kehadiran budaya-budaya asing yang merambah ke relung-relung budaya tradisi sedikit banyak akan mempengaruhi pola prilaku masyarakat. Meskipun kenyataannya memperlihatkan bahwa pengaruh budaya asing itu tidak semuanya negative, namun ironisnya justru pengaruh yang negative yang di serap oleh masyarakat. Masyarakat khususnya anak muda lebih cenderung meniru pergaulan bebas, hura-hura, cara berpakaian aneh-aneh yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya bangsa kita.
          Dengan banyaknya budaya asing yang masuk ke indonesia, hendaknya pemerintah memasukkan pelajaran teater ke dalam kurikulum pembelajaran siswa baik untuk sekolah menengah umum( SMU), sekolah menengah pertama ( SMP) maupun sekolah dasar ( SD), karena seperti yang sudah di jelaskan di atas kalau di dalam sebuah seni teater khususnya teater tradisional mengandung nilai-nilai budaya bangsa yang berharga untuk dikembangkan. Sehingga dengan demikian budaya bangsa yang sudah ada sejak lama dapat “terselamatkan” dari derasnya arus perubahan zaman. Dengan berkesenian, seorang akan mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
          Permasalahan yang muncul saat ini adalah bagaiamana agar seni teater itu dapat menarik bagi masyarakat, sehingga pembelajaran terhadap kesenian tidak hanya di anggap enteng. Bagaimanapun juga nilai-nilai yang terkandung di dalam teater mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan masyarakat. Tantangan tersebut terkait dengan image orang tua yang menganggap remeh pelajaran seni khususnya seni teater.

Kesimpulan
          Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin mempermudah budaya barat masuk dan “menghancurkan” budaya bangsa yang ada di negeri ini. Meskipun kenyataannya budaya barat tersebut tidak sepenuhnya negative, akan tetapi masyarakat lebih cenderung mengakar kepada pengaruh yang negative  tersebut. Untuk itu perlu di lakukan suatu yang positive dalam menanggapinya, Di samping memberikan pelajaran moral kepada siswa di sekolah-sekolah, hendaknya juga di iringi dengan pemberian pelajaran seni khususnya seni teater. Karena di dalam seni teater  “mengajarkan” bagaimana cara melestarikan budaya masyarakat tersebut.  Penekanan pada moral bukan tak mengandung hal-hal yang problematic. Di satu pihak ia menjanjikan terciptanya masyarakat yang sesuai dengan ajaran, tetapi dipihak lain membawa pemeluk lupa kepada lingkungan hidup yang nyata.[4]
          Dunia itu adalah tempat pergerakan senantiasa, tempat kemajuan yang tidak berkeputusan. Yang baru itu mendapat tempatnya dengan menghancurkan dan menewaskan yang lama. Dunia itu medan perjuangan yang tidak berkeputusan antara dua aliran yang bertentangan.[5]  Sudah seharusnya masyarakat mengetahui, kalau budaya baru yang datang tersebut belum tentu lebih baik dari budaya mereka yang lama. Kita boleh mengambil hal-hal positif yang ada pada budaya barat tersebut, akan tetapi kita tetap harus berpijak kepada kepada budaya kita yang telah ada sejak lama. Dengan mengajarkan tentang teater di sekolah, hendaknya para siswa mengetahui tentang berharganya budaya yang ada di negeri ini, sehingga mereka tidak lagi beranggapan kalau budaya bangsa adalah suatu yang kuno dan ketinggalan zaman.
          Dengan bekal kemantapan, kecintaan terhadap budaya bangsa sendiri akan semakin mempertebal rasa optimis, bahwa sikap dan perilaku bangsa kita tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh budaya orang yang mengglobal. Dengan demikian, pendidikan seni khususnya seni teater yang di ajarkan di sekolah-sekolah dapat di jadikan media untuk pengembangan dan pelestarian budaya bangsa.



DAFTAR PUSTAKA
Ihromi, T,O. Antropologi budaya, Jakarta, Yayasan obor Indonesia, 1996.
hatta, mohammad. Alam pikiran yunani, Jakarta, tintamas, 1980.
Abdullah, taufik. Sejarah dan masyarakat, Jakarta, pustaka firdaus, 1987.
hassan, Fuad. Dimensi budaya dan pengembangan sumber daya manusia, Jakarta, balai pustaka, 1995.
dewey, john. Budaya dan kebebasan, Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1998,


[1] Ihromi, T,O. Antropologi budaya, Jakarta, Yayasan obor Indonesia, 1996, hal 32.
[2] dewey, john. Budaya dan kebebasan, Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1998, hal 14.
[3] hassan, Fuad. Dimensi budaya dan pengembangan sumber daya manusia, Jakarta, balai pustaka, 1995, hal 151.
[4] Abdullah, taufik. Sejarah dan masyarakat, Jakarta, pustaka firdaus, 1987, hal  17.
[5] hatta, mohammad. Alam pikiran yunani, Jakarta, tintamas, 1980, hal 16.