Minggu, 25 Mei 2014

Pergeseran zaman dan hilangnya pesona randai.


Randai merupakan kesenian tradisional khas dari daerah Minangkabau, Sumatera barat. Kesenian ini sudah ada sejak zaman colonial Belanda, dan terus berkembang sampai zaman sekarang ini. Randai sebagai salah satu bentuk kesenian rakyat, hidup dalam kehidupan rakyat. Randai dimainkan oleh dan untuk rakyat itu sendiri. Randai hidup bersama tradisi yang berlaku dalam masyarakatnya. Randai pada awalnya berangkat dari permainan yang pada zaman dahulunya dilakukan oleh masyarakat pada malam hari, setelah seharian lelah beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup.
            Kesenian rakyat seperti randai memiliki konsep pertunjukan yang dekat dengan penonton. Aksi dan interaksi pemain dan penonton terjalin dengan baik. Pertunjukan randai memang selalu ditampilkan seakrab mungkin, sehingga penonton yang menyaksikannya merasa rileks dan tidak tegang. Suasana pun terbangun oleh kedekatan emosional secara kekeluargaan. Kesenian Randai biasanya ditampilkan dalam perayaan suatu alek nagari seperti pengangkatan seorang penghulu, festival-festival kesenian, maupun acara-acara pesta pribadi yang di buat oleh masyarakat.
            Salah satu penampilan randai yang patut diacungi jempol adalah penampilan dari kelompok randai Puti nan manih di nagari padang lawas, kabupaten lima puluh kota, Sumatera barat ( 23/5). Penampilan yang diadakan dalam rangka mengisi acara dalam pesta sunatan rasul salah seorang warga ini sangat menghibur penonton yang hadir ke acara tersebut. Semua penonton yang didominasi oleh orang tua ini, selalu semangat dan antusias menyaksikan para pemain randai menunjukkan kebolehannya. Pertunjukan randai yang dimulai dari pukul Sembilan malam tersebut, memang menarik banyak masyarakat untuk mengapresiasinya, akan tetapi dari sekian banyak penonton yang hadir, terdiri dari orang tua dan keluarga pelaku pesta. Lalu dimanakah kaum muda ??
            Perkembangan zaman yang semakin cepat dan arus modernisasi yang sangat sulit dihadang dan dikendalikan menjadi penyebab utama “larinya kaum muda dari randai. Banyaknya hiburan-hiburan yang sifatnya lebih modern dan hadirnya media-media elektronik yang super canggih menghadirkan ironi tersendiri bagi kesenian tradisional kita. Para anak muda lebih suka menyaksikan acara-acara di televise dan main game online di warnet daripada berdingin-dingin menyaksikan randai.
            Eksistensi randai yang semakin menurun di dalam masyarakat mendatangkan sebuah ironi tersendiri bagi kita semua.  Walau bagaimanapun juga, randai merupakan kekayaan kesenian Minangkabau yang perlu dipertahankan keasliannya, sehingga pada tahap perkembangannya randai diharapkan mampu memunculkan bentuk baru tanpa mengurangi esensi dan estetika yang sudah terkandung di dalamnya. Akhirnya persoalan yang muncul adalah minat terhadap kesenian tradisional khususnya randai jadi terganggu akibat hebatnya pengaruh teknologi media komunikasi baik media massa maupun elektronik yang tidak mampu lagi memberikan motivasi kepada kaum muda untuk lebih memperhatikan kesenian sendiri, khususnya kesenian tradisional seperti randai.
            Hal tersebut di atas ternyata tidak berpengaruh kepada kelompok randai puti nan manih, meskipun penonton yang datang menyaksikan pertunjukan mereka di dominasi oleh orang tua, mereka tetap semangat melakukan pertunjukan tersebut. Semangat yang mereka tunjukkan sungguh sangat luar biasa, dengan cuaca yang sedikit gerimis pertunjukan pun dapat berjalan dengan lancer dari awal sampai akhir.
 “ hujan sedikit kan gak papa, lagian gak mempengaruhi pergerakan. Tapi sedikit berpengaruh kepada tapuak galembong nya. Tapi amat disayangkan, pertunjukan ini hanya ditonton oleh orang tua dan anak-anak kecil. Tapi ya itu tadi, kita gak terpengaruh juga akan hal tersebut lagian kan kita nampil juga dibayar, jadi dibawa enjoy aja.” Tegas salah seorang pemain randai.
            Kurangnya minat para generasi muda terhadap randai, bukanlah hal yang baru terjadi. Hal tersebut sudah terjadi sejak media elektronik memasuki Minangkabau. Menyikapi hal ini, bagi generasi muda khususnya di minangkabau pada zaman sekarang seharusnya tetap memiliki pemahaman bahwa randai merupakan salah satu identitas budaya Minangkabau dan perlu dipertahankan keberadaannya agar tidak punah dan hilang ditelan zaman. Pergeseran minat generasi muda ada kaitannya dengan perubahan selera menonton kesenian tradisional seperti randai. Apalagi dengan diciptakannya media elektronik seperti televise, yang mampu menyiarkan beragam bentuk siaran baik yang bermuatan local maupun yang menglobal. Kebiasaan keluar rumah, duduk di tempat seadanya dan menghirup udara dingin pada malam hari untuk menonton randai di perhelatan perkawinan kini kurang diminati oleh masyarakat khususnya generasi muda.
            Tidak adanya pelajaran tentang randai di sekolah-sekolah merupakan sebab lain kurang nya minat generasi muda terhadap kesenian yang sudah menjadi identitas budaya ini. Hal tersebut berdampak buruk bagi, mengingat masih banyaknya anak muda yang sama sekali tidak tahu akan kesenian ini. Jika mereka tahu saja tidak, maka mustahil mereka akan menyukai dan melestarikannya. Dengan demikian, sudah seharusnya hal ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah hendaknya memasukkan randai ke dalam kurikulum sekolah, agar para generasi muda tersebut bisa mengenal dan mengetahui apa itu randai. Masyarakat di minangkabau hendaknya juga mengerti betapa pentingnya melestarikan kesenian ini, pesan-pesan yang dihadirkan di dalam permainan randai sungguh lebih bermanfaat dari pertunjukan orgen tunggal. Maka sudah sepatutnya bagi masyarakat, apabila mengadakan pesta hendaknya menghadirkan kesenian randai bukannya orgen tunggal lagi. Dan bagi para seniman randai, hendaknya juga tidak berpengaruh terhadap kemajuan zaman dan teknologi yang semakin menyudutkan profesinya. Seperti yang telah dilakukan oleh kelompok randai puti nan manih tersebut. Meskipun pertunjukan mereka hanya ditonton oleh mayoritas orang tua, mereka dapat melangsungkannya sampai akhir dengan semangat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar