Teater
merupakan suatu hiburan umum yang berlaku bagi semua orang , teater tidak
membeda-bedakan manusia karena siapapun bebas menyaksikan teater. Pertunjukan
teater sering diadakan dalam rangka memeriahkan suatu acara seperti yang akan
dilakukan oleh anak kelas 2 SMAN 1 kecamatan guguk, kabupaten lima puluh kota,
sumatera barat dalam rangka mengisi acara perpisahan anak kelas 3 yang akan
diadakan selesai ujian. Bentuk teater yang akan dipentaskan oleh mereka
tentulah sedikit berbeda dengan karya-karya teater yang sering kita saksikan di
perguruan tinggi seni maupun yang digarap oleh komunitas-komunitas teater yang
sedikit banyak menguasai tentang ilmu teater. Garapan teater yang mereka usung
merupakan satu pertunjukan “ringan” yang ceritanya tidak tertulis dalam naskah
pada umumnya akan tetapi cerita langsung dibacakan oleh sutradara dan dimainkan
oleh para aktor.
Pada sesi latihan yang mereka adakan
pada hari jumat (11/4) pukul 15.00 di kampus yang sering disebut SMANSA
dangung-dangung ini, terlihat “sangat meriah”. Sangat meriah disini bukan
karena garapan mereka yang begitu megah dan disaksikan banyak orang, melainkan
karena latihan yang mereka lakukan sangat heboh dan penuh canda tawa. Tidak
adanya sosok sutradara tunggal yang memanage garapan ini membuatnya seperti
sebuah pertunjukan yang kacau, hal ini disebabkan karena yang bertindak sebagai
sutradara adalah semua murid yang dalam
hal ini juga merupakan seorang aktor. Selain itu, tidak jelasnya jalan cerita
membuat latihan ini sering berhenti di tengah jalan karena kehabisan ide
melanjutkan kisah. “kericuhan” baru berkurang saat seorang guru seni datang
memantau latihan. Meskipun masih banyak terdengar canda tawa, jalan cerita
mulai terlihat jelas dengan adanya bimbingan dan masukan dari guru tersebut.
Cerita yang mereka mainkan adalah
tentang kampanye para caleg dan tim suksesnya. Cerita ini dibuat dengan konsep
komedi ringan. Pembagian peran aktor di bagi langsung oleh guru pembimbing. Ada
kejadian menarik dari proses pembagian peran ini, dimana murid-murid berebut
untuk mendapatkan peran sebagai seorang caleg yang berkampanye. Melihat hal
tersebut, guru pembimbing memberikan peran tersebut kepada lima orang.
Selain tokoh caleg, ada juga tokoh tim
sukses yang berjumlah lima orang, peran sebagai masyarakat awam Sembilan orang,
ada tiga orang sebagai panitia pengawas pemilu dan tiga orang pula sebagai
penyanyi dangdut.
Awal cerita dimulai ketika caleg
pertama melakukan kampanye di depan masyarakat umum dengan menyewa seorang
penyanyi dangdut, dimana di tengah kampanye, dia menyampaikan visi dan misi
beliau. “ jika nanti saya terpilih, saya akan berantas korupsi, memberantas
hama tanaman, dan pastinya memperbanyak istri, hahahaha” ungkap caleg tersebut.
Mendengar hal tersebut sontak membuat penonton yang hadir menyaksikan latihan
tersebut tertawa terbahak-bahak. Cerita dilanjutkan dengan datangnya dua orang
caleg yang “mengusir” caleg pertama tadi, lalu mereka berdua pun langsung
berebut untuk berorasi di depan masyarakat. Di saat sedang gencar melakukan
kampanye datang dua orang caleg yang lain, mereka dengan santainya membagikan
uang kepada masyarakat dan meminta untuk memilih dia saat pemilu nanti.
Teater yang digarap oleh anak kelas
dua dari SMANSA dangung-dangung ini, memang tidak seperti sebuah garapan yang
digarap oleh seorang tokoh teater professional. Dengan tidak adanya sutradara
dan naskah memberikan aktor kebebasan berekspresi dalam membuat dan memainkan
cerita. “ ya, ini memang baru pertama kali mereka bermain drama. Kelas satu
tidak ada, dan di dalam pelajaran pun mereka hanya mendapatkan sedikit teori
tanpa melakukan praktek. Mungkin karena pertama kali mereka melakukan praktek
ini, mereka sangat antusias jadinya kacau seperti ini. Namanya juga baru
belajar ya asal jadi aja dulu.” Ungkap buk yeni, guru yang membimbing garapan
tersebut.
Buk yeni menambahkan, kalau garapan
mereka kali ini hanya untuk dapat menghibur orang-orang nanti pada waktu
perpisahan anak kelas tiga. “ ya kan nanti ramai, perpisahan pasti ramai.
Soalnya, nanti semua kelas di arahkan untuk menyaksikan acara ini. Dan tidak
hanya pementasan drama, ada juga pementasan musik band, ada juga karaoke dan
mungkin juga ada tari-tarian. Kita sih sangat mengharapkan partisipasi semua
siswa dalam memeriahkan acara ini. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, drama
sangat disukai oleh anak-anak, karena lucu”. Ungkap guru yang telah mengabdi
selama 7 tahun di sekolah ini.
Selain dari segi cerita yang
menampilkan kelucuan, dari segi kostum pementasan ini juga sangat unik dan
terkesan berlebihan. Para caleg yang seharusnya rapi, malah di pakaikan busana
superhero seperti superman, spiderman, naruto, bahkan ada yang memakai baju
power ranger. Hal tersebut tentulah membuat para penonton terbahak-bahak.
Usut-punya usut ternyata hal tersebut merupakan ide dari seorang aktor yang
bernama azis, yang biasa dipanggil teman-temannya azis gagap ( tokoh wayang
ovj).
“ ini untuk buat kelucuan aja, biar
bisa buat penonton tertawa. Kan kalau penonton gak tertawa berarti pertunjukan
drama ini nanti tidak asyik. Saya terinspirasi dari ovj, saya sering nonton ovj
liat azis gagap make baju yang aneh-aneh, semua penonton sampai nunung tertawa,
ya kita buat kek gitu juga.” Ungkap azis.
Bila cerita dan kostum dibuat lucu,
beda halnya dengan setting panggung yang dihadirkan. Settingnya hanya terdiri
dari panggung kosong yang diisi dua buah meja yang digunakan tokoh caleg untuk
berkampanye. Di samping dan di atas panggung rencananya akan dipakaikan kertas
semen. Penerangan di dalam panggung yang sebenarnya sebuah kelas ini juga hanya
menggunakan sebuah bola lampu biasa.
“ ini sebenarnya sebuah kelas,
dinding yang belakang bisa di buka jadi kelas yang belakang bisa di jadikan
tempat penonton. Yaa disini Cuma ada lampu itu, lampu sorot kayak di panggung
sebenarnya tidak ada di sekolah ini.” Azis menambahkan.
Meskipun garapan teater yang
dilakukan oleh anak-anak SMANSA dangung-dangung ini hanya di buat canda gurau
dan sekedar belajar, akan tetapi di dalam cerita yang mereka hadirkan sarat
akan sebuah kritik yang ditujukan kepada calon legislatif yang akan memimpin
sebuah masyarakat. Kritik-kritik yang mereka lancarkan, walaupun secara tidak
sadar, merupakan isi dari hati masyarakat yang menginginkan seorang pemimpin
yang dapat mengayomi masyrakatnya dan pastinya membela yang benar dan menumpas
yang salah. Para pemimpin hendaknya tidak seperti caleg yang ada dalam cerita
drama yang anak-anak SMA ini sampaikan. Memakai jubah seorang pahlawan atau
superhero, akan tetapi penuh dengan kekonyolan. Jadilah seorang pemimpin yang
“berpakaian” apa adanya tapi menjadi pahlawan super bagi rakyatnya.
Melihat antusiasnya siswa dalam
menggarap sebuah drama, sudah sepatutnya program studi seni tentang teater di
masukkan dalam kurikulum sekolah, dengan demikian bakat-bakat siswa yang terpendam
dan tertidur di dalam dirinya bisa dibangkitkan dengan antusiasme dan pelajaran
yang tepat di dalam kelas. Kita semua mengetahui, kalau pelajaran seni
khususnya teater sangat bermanfaat untuk memupuk kepercayaan diri dan mental
siswa. Pemimpin sebuah masyarakat haruslah orang yang memiliki mental baja, dan
kepercayaan diri tinggi. Oleh karena itu, dengan belajar tentang teater akan
sedikit membantu siswa jika ingin menjadi pemimpin suatu saat. Belajar dari
yang kecil buat menjangkau suatu yang besar, adalah slogan yang harusnya kita
semua pahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar